Friday, April 13, 2007

Tarbiyah imaniyah buat anak tercinta

Salah satu aspek yang sering kita lupakan dalam mendidik anak-anak adalah tarbiyah ruhiyah. Jangankan untuk anak, untuk diri sendiri pun kita sering lupa dengan tarbiyah bentuk ini. Padahal, seperti halnya akal dan fikiran perlu mendapat pendidikan, ruh kitapun wajib mendapatkan haknya.

Untuk mendidik akal dan meningkatkan kapasiti intelektual orang tua akan menyekolahkan anak ke sekolah-sekolah pilihannya. Tetapi dalam masalah pendidikan keimanan seringkali enggan memberi perhatian yang cukup. Bahkan tidak peduli walaupun sekolah tersebut tidak memberikan pendidikan Islam yang memadai.

Iman merupakan hal asasi dalam kehidupan seorang muslim, sedang tarbiyah merupakan keperluan pokok setiap insan. Tarbiyah imaniyah adalah tarbiyah yang ditujukan untuk meningkatkan iman, ma’nawiyah (mentaliti), akhlak (moraliti), dan syakhsyiyah (keperibadian).
Iman kepada Allah dan hari akhirat wajib mendapat perhatian dan penumpuan yang menyegarkan, disiram dengan air agar terus menerus tumbuh di dahannya secara bertahap dan tawazun (seimbang) menuju kepada kesempurnaan. Iman tumbuh subur kerana didasari hubungan yang konsisten dengan Allah dalam berbagai bentuknya. Cubalah semak hasil tarbiyah pada seorang anak di masa salaf dahulu.

Kisah Abdullah bin Dinar tentang perjalanannya bersama Khalifah Umar bin Khattab. Beliau mengatakan, "Saya bersama Umar bin Khattab r.a. pergi ke Makkah dan beristirehat di suatu tempat. Lalu terlihatlah anak gembala dengan membawa banyak gembalaannya turun dari gunung dan berjumpa dengan kami. Umar bin Khattab berkata, "Hai penggembala, juallah seekor kambingmu itu kepadaku!"

Anak kecil penggembala itu menjawab, "Aku bukan pemilik kambing ini, aku hanya seorang budaknya." Umar menguji anak itu, "Katakanlah kepada tuanmu bahawa salah seekor kambingnya dimakan serigala."

Anak itu termenung lalu menatap wajah Umar, dan berkata, "Maka di manakah Allah?"
Mendengar kata-kata yang terlontar dari anak kecil ini, menangislah Umar. Kemudian beliau mengajak budak itu kepada tuannya kemudian memerdekakannya. Beliau berkata pada anak itu, "Kalimat yang telah engkau ucapkan tadi telah membebaskanmu di dunia ini, aku harap kalimat-kalimat tersebut juga akan membebaskanmu kelak di akhirat."

Kejadian di atas menunjukkan salah satu pengaruh dari pengenalan terhadap Allah. Kejadian serupa itu sudah sangat jarang terjadi saat ini. Sekarang ini, dalam masyarakat kita kejujuran dan kebenaran seolah sudah tidak ada harganya. Cuba bandingkan dengan sikap Umar yang menghargai anak tersebut dengan membebaskannya dari perbudakan.

Mungkin timbul pertanyaan: Bagaimanakah seorang anak kecil di masa itu mampu menjadi begitu yakin dengan pengawasan Allah (muraqabatullah) yang berlaku pada setiap manusia?
Keyakinan lahir dari suatu pendidikan dan latihan yang benar. Di mana kekhalifahan Umar, masyarakat Islam sudah terbentuk dan masyarakat ini menghasilkan bi’ah (lingkungan/suasana) yang baik bagi anak tersebut, walaupun ia berada di gurun. Pengaruh sistem pendidikan Islam telah menguasai ke pelbagai tempat sehingga setiap orang benar-benar meyakini dan menghayati syariat Allah.

Tarbiyah imaniyah untuk anak-anak merupakan satu pendidikan yang meliputi hal-hal berikut:

1. Keupayaan melaksanakan dan menghayati nilai-nilai ibadah kepada Allah dalam erti yang seluas-luasnya sesuai dengan bimbingan Rasulullah SAW.

2. Pembiasaan dalam mengingat Allah (dzikrullah) dengan membaca ayat-ayat Al Qur’an atau dengan menyebut-nyebut nama Allah dengan cara yang tepat di saat-saat tertentu.

3. Membiasakan merasakan adanya bimbingan Allah dalam melaksanakan kebaikan dan pengawasan Allah dalam setiap aspek kehidupan. Iaitu dengan menghubungkan kejadian-kejadian sehari-hari yang dialaminya dengan kekuasaan Allah.

4. Membiasakan pergantungan diri kepada Allah misalnya dengan berdo’a dalam berbagai situasi dan keadaan.

5. Meningkatkan akhlak (perilaku) yang baik dengan mencontohkan tindakan-tindakan baik dan memperbaiki perilakunya pada saat anak melakukan keburukan.

6. Memberikan motivasi dan rangsangan dengan memuji atau memberi hadiah ketika anak berbuat baik, memberi manfaat kepada orang lain, atau menyenangkan orang lain walaupun orang tersebut tidak menyedarinya.

7. Membimbing hal-hal lain untuk yang berhubungan dengan pendekatan diri kepada Allah.
Pendekatan Tarbiyah
Pembekalan keimanan bagi anak-anak berorientasi pada penyiapan pemahaman dan pembiasaan berbagai hal yang kelak dapat menolong anak untuk melakukan sendiri berbagai kegiatan yang dapat memelihara ruhiyahnya.

Anak-anak sebenarnya lebih mudah menerima hal-hal yang bersifat teori walaupun bersumber dari alam ghaib (tidak nampak). Kerana secara fitrah mereka mudah mempercayai orang tua, guru, atau kawan karibnya. Anak-anak senantiasa jujur dan tidak mahu didustai seperti pada kisah Umar bin Khattab di atas. Ini menunjukkan bahawa kejujuran mereka amat mudah mendekatkan mereka kepada Allah.

Tarbiyah imaniyah untuk anak-anak dapat diberikan dengan jalan:

1. Dengan Contoh dan Keteladanan
Anak-anak adalah makhluk yang paling senang meniru. Orang tuanya merupakan figur dan idolanya. Bila mereka melihat kebiasaan baik dari ayah ibunya, maka mereka pun akan dengan cepat mencontohinya. Orang tua yang berperilaku buruk akan ditiru perilakunya oleh anak-anak. Anak paling mudah mengikuti kata-kata yang keluar dari mulut kita. Misalnya dalam mensyukuri segala nikmat yang diperoleh dalam keluarga. Kepada anak harus senantiasa diingatkan betapa semua rezeki bersumber dari Allah. Apabila kita memberi pisang kepada anak misalnya, sempatkanlah bertanya , "Darimana pisang ini, Nak?" "Dari Umi," jawab si anak. "Ya. Tetapi sebenarnya pisang ini pemberian Allah kepada kita. Allah menyampaikannya melalui Umi."
Dengan cara demikian, dalam peristiwa sederhana ini kita mencontohkan bagaimana mengingatkan Allah dan mensyukuri pemberian-Nya. Mengucapkan hamdalah ketika menerima sesuatu dan menjelaskan kepada mereka bahawa semuanya merupakan kasih sayang Allah dan merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat disanggahi. Demikian pula mengucapkan insya Allah, subhannallah, dan berbagai ungkapan tasbih lainnya akan dicontohkan oleh anak.

2. Dengan Latihan dan Pembiasaan
Banyak pembiasaan ibadah harus dilakukan pada anak. Misalnya pembacaan do’a pada tiap-tiap kesempatan dan menguraikan maksud dan isi do’a tersebut. Di setiap munasabah, ada do’a yang mudah diucapkan. Mahu makan, minum, tidur, mahu belajar, mahu berwudhu, menaiki kendaraan, dan lain-lain ada do’a yang khas untuknya. Anak-anak sangat mudah menghafalkan do’a-do’a ini. Apalagi bila di sekolah mereka mendapat program khusus mengenai do’a ini. Tetapi pengamalan do’a-do’a tersebut sangat tergantung pada pengawasan orang tua. Biar pun anak mampu menghafal seratus do’a di sekolah atau madrasahnya, dia tidak akan mampu meningkatkan imannya bila tidak ada pengamalan dan penghayatannya. Secara rutin dan teratur ayah atau ibu hendaknya membimbing anak membiasakan pembacaan do’a ini, menjelaskan dan memberi pengertian tentang nilai-nilai kandungannya.
Pembiasaan lain yang perlu dilakukan semenjak dini antara lain:
- Membawa anak-anak ke masjid, beri’tikaf, serta mencintai dan menghormati jamaahnya.
- Memberikan perhatian khusus agar anak senantiasa membaca Al Qur’an secara rutin.


3. Dengan Nasihat dan Bimbingan
Orientasi nasihat dan bimbingan bertujuan mengingatkan anak terhadap pengawasan Allah di mana pun mereka berada. Ibnu Abbas r.a. menceritakan bahawa sewaktu masih anak-anak, beliau pernah dibonceng Rasulullah di atas untanya. Perjalanan yang mengasyikkan ini digunakan Rasulullah untuk menasihati Ibnu Abbas. Waktu itu Rasulullah SAW berkata, "Hai anak, jagalah semua perintah Allah, niscaya Allah memeliharamu. Periharalah semua perintah Allah, niscaya engkau dapati Dia di hadapanmu. Apabila engkau memohon sesuatu, mohonlah hal itu kepada Allah, dan bila meminta pertolongan, mintalah kepada Allah. Dan ketahuilah, sekiranya seluruh masyarakat sepakat berbuat sesuatu yang bermanfaat bagimu, maka semua manfaat itu hanyalah Allah yang menentukannya, dan bila mereka akan berbuat jahat kepadamu, maka kejahatan itu tidak akan menimpamu kecuali yang telah ditetapkan Allah pula. Terangkat qalam dan keringlah pena." (At-Tirmidzi)

4. Dengan Pengarahan dan Pengajaran
Bila nasihat disampaikan di mana saja, di tempat-tempat di mana orang tua (murobbi) berinteraksi dengan anak didiknya, maka pengarahan dan bimbingan mengambil waktu dan tempat tertentu misalnya sedudah shalat Shubuh atau Maghrib berjamaah. Rasulullah pernah memberi pengajaran kepada Ibnu Abbas sebagai berikut, "Periharalah perintah Allah, engkau dapatkan Allah di hadapanmu. Kenalkan dirimu kepada Allah di waktu senang, niscaya Allah akan mengingatmu di saat kesukaran. Ketahuilah bahawa sesuatu yang terlepas darimu tidak akan mengenaimu, dan yang menjadi bahagianmu tidak akan terlepas darimu. Ketahuilah bahawa kemenangan itu beserta kesabaran, dan kegembiraan itu setelah kesukaran, dan setiap ada kesukaran akan ada kelapangan."

5. Dengan Bercerita dan Berkisah
Anak-anak sangat senang pada cerita-cerita dan kisah-kisah masa lampau. Apalagi di dalamnya terkandung unsur-unsur heroik dan semangat perjuangan. Islam memiliki khazanah kekayaan sejarah yang sangat besar. Mulai zaman nabi-nabi, Nabi Muhammad dan para sahabat beliau, serta sejarah umat Islamnya. Ibnu Mas’ud berkata, "Kami (generasi sahabat) mengajarkan perang-perang Rasulullah kepada anak-anak kami sebagaimana kami mengajarkan Al Qur’an."
Ayah dan ibu yang bercerita kepada anaknya akan lebih melekatkan anak-anak pada keteladanan dan ibroh (pelajaran) yang dapat diambil oleh anak. Sesungguhnya apabila kita mampu bercerita dengan baik, kisah dari seorang ibu yang lembut dan penuh keakraban insya Allah akan lebih disukai anak dari membuang masa menonton kartun-kartun ciptaan barat di telivisyen. Kerana pendekatan cerita sebelum tidur bersifat timbal balik dan mempunyai kesan psikologi yang diperlukan anak.

6. Dengan Dorongan, Rangsangan dan Penghargaan
Usia kanak-kanak sangat memerlukan dorongan dan penghargaan ketika meraih sesuatu. Jangan segan-segan mengucapkan terima kasih kepada anak yang berhasil melaksanakan sesuatu pekerjaan / tugasan, atau memberi hadiah ketika berhasil dalam salah satu aktiviti hasil usahanya sendiri. Di dalam hadiah tercermin kasih sayang, kerana Rasulullah bersabda, "Saling beri hadiahlah kalian dengan demikian kalian akan saling mencintai." (Al-Hadits)
Bagi seorang anak, perhatian, ciuman, dakapan yang mesra, atau gendongan dapat difahami sebagai hadiah. Anak yang lebih besar ingin hadiah yang lebih konkrit. Tidak ada salahnya ayah memberi sesuatu ketika anaknya telah berprestasi dalam peningkatan peribadinya. Misalnya, ketika berhasil menghafal satu surat di antara surat-surat Al Qur’an.

No comments:

Post a Comment