Saturday, May 01, 2010

Wahai Du'ah, Jangan Kau Kotori Dakwah Mulia Ini


"Saya memerintahkan kepadamu dan para tenteramu agar bertakwa kepada Allah dalam segala keadaan. Ini kerana takwa kepada Allah adalah sebaik-baik persiapan melawan musuh dan sekuat-kuat bekalan dalam memeranginya. Saya memerintahkan kepadamu dan orang-orang bersamamu agar benar-benar lebih menjaga diri dari perbuatan maksiat daripada musuh kalian. Sesungguhnya dosa tentera itu lebih mereka takuti daripada para musuhnya. Sesungguhnya kemenangan kaum muslimin diperoleh dari perbuatan maksiat musuh kalian. Kalau tidak kerana itu, niscaya kita tidak memiliki kekuatan. Ketahuilah kalian, jumlah kita tidaklah seramai jumlah mereka dan persiapan kita tidaklah sebaik persiapan mereka. Maka, apabila jumlah maksiat kita sama dengan jumlah maksiat yang diperbuat musuh, kekuatan mereka lebih dominan daripada kekuatan kita. Ketahuilah, kita tidak mengalahkan mereka dengan kelebihan dan kekuatan yang
kita miliki. Maka, mintalah pertolongan kepada Allah terhadap diri kalian sebagaimana engkau meminta pertolongan atas musuh kalian.”

Demikianlah pesanan Umar Al-Faruq kepada Sa'ad ibn Abi Waqqash sebelum berangkat ke medan berperang.

Umar Al Khattab begitu mengambil berat kebersihan hati dan jiwa kalangan barisan para du’ah ilallah. Bagi beliau, kebersihan hati dari segala bentuk dan jenis maksiat menjadi penentu kepada kemenangan Islam. Umar menyahut seruan Alllah dalam Al Quran:

Dan tinggalkanlah dosa yang nyata dan yang tersembunyi, kerana sesungguhnya orang-orang yang berusaha melakukan dosa, mereka akan dibalas dengan apa yang mereka telah lakukan. (al-An'aam: 120)

Persoalan yang perlu kita khuatiri, terbayangkah kita, jika kita yang melakukan maksiat dan dosa tersebut?

Sesungguhnya maksiat bagi seorang du'at merupakan satu pengkhianatannya terhadap perkembangan da'wah.

Disaat para sahabat dan akhwat yang lain sekuat tenaga mencari bantuan dan keredhaan dari Rabb 'Azza wa Jalla untuk keberhasilan langkah da'wahnya, kita pula tergamak melakukan perbuatan yang boleh menjauhkan kita dari pertolongan Allah....

"Read More"

Disaat para du’ah yang lain berpuasa sunat, solat hajat, bertahajud mengharap
pertolonganNya datang menolong langkah da'wahnya, kita malahan makan sekenyang-kenyangnya, tidur sepenuh kelopak mata, dan tertawa sepenuh mulut....

Disaat barisan du’ah yang lainnya berikhtiar, berkorban apa saja yang dapat dikorbankan; harta, tenaga, waktu bahkan jiwa,.. berharap hidayahNya akan lewat melalui tangan-tangannya, kita malahan bersikap dan berkelakuan seakan-akan ingin menjauh dari hidayah Allah....

Ketahuilah.... barang dagangan Allah itu mahal.... itulah syurga, ...

Ayuh tundukan wajah kita ke bumi, renungilah sedalamnya rawasib (karat-karat) yang ada pada hati kita, sebagaimana para sahabat yang pada suatu hari menundukan kepala masing-masing sambil menitiskan air mata kerana takut dengan dosa dan ancaman neraka Allah swt.

Dari Anas Ibnu Malik berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, menyampaikan sesuatu di hadapan para sahabatnya, baginda bersabda: “Telah diperlihatkan kepadaku syurga dan neraka, maka aku belum pernah melihat kebaikan dan keburukan seperti pada hari ini, jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis”, Anas berkata, “Tidak pernah datang kepada sahabat Rasulullah suatu hari yang lebih berat kecuali hari itu”. Berkata lagi Anas, “Para sahabat Rasulullah menundukkan kepala-kepala mereka dan terdengar suara tangisan mereka.”(Bukhari-Muslim).

Wahai diri dan para sahabat dan akhwat sekalian, jangan kita kotori dakwah ini dengan maksiat kita. Syukurilah nikmat keberadaan kita bersama kafilah dakwah dan tarbiah yang telah Allah anugerahkan kepada kita sehingga kita mencintai Islam dan bersaudara atas kerana Islam yang bersih ini. Umar Ibnul Khattab berkata, “Sesungguhnya kita adalah kaum yang dimuliakan oleh Allah ta’ala dengan Islam, walau bagaimanapun kita pasti menginginkan kemuliaan tersebut, tapi jika tanpa Islam, maka Allah akan menghinakan kita. “ (disahihkan oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Imam Adz-Dzahabi)

Wahai amilin dakwah dan tarbiah, jangan sesekali kau biasakan diri melakukan dosa walaupun dosa sehalus pepasir di pantai. Biasanya seseorang itu akan terus melakukan perbuatan dosa dan maksiat, sehingga ia akan menganggap remeh akan dosa tersebut. Kalau sudah demikian maka akan datang kehancuran, sebab dosa yang dianggap remeh adalah besar di sisi Allah ta’ala. Ibnu Mas’ud radliyallahu anhu berkata, “Sesungguhnya seorang mukmin tatkala melihat dosanya seakan-akan ia berada di pinggir gunung yang ia takut gunung itu akan menimpa dirinya. Dan sesungguhnya seorang yang fajir tatkala melihat dosanya, seperti seekor lalat yang hinggap di hidungnya lalu membiarkannya terbang.” (HR. Bukhari)

Ya Rabbi... jangan Engkau jadikan perbuatan-perbuatan kami sebagai penghalang pertolonganMu...

Ya Rabbi... jangan Engkau butakan hati-hati kami dari melihat peringatan Engkau...

Ya Rabbi... satukanlah hati-hati kami, sinarilah dengan cahayaMu yang tak pernah pudar...

Kami berlindung kepada Engkau dari 'ilmu yang tak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tak pernah puas, dari do'a yang tidak terkabul...

"Ya Allah! Ampunilah aku akan (dosaku) yang aku lewatkan dan yang aku akhirkan, apa yang aku rahasiakan dan yang kutampakkan, yang aku lakukan secara berlebihan, serta apa yang Engkau lebih mengetahui dari pada diriku, Engkau yang mendahulukan dan mengakhirkan, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau".


Semoga Allah melindungi dari mengatakan apa yang tidak diperbuat...

No comments:

Post a Comment