Friday, August 27, 2010
Melahirkan Kembali Ulama Yang Wibawa dan Berani
Hasan al-Basri menjadi imam di kota Basrah merupakan benteng Islam yang terbesar dalam bidang ilmu pengetahuan. Masjidnya yang agung dipenuhi oleh para Shahabat dan Tabi’in yang hijrah ke kota itu. Halaqah-halaqah keilmuan dengan beraneka ragam yang memakmurkan masjid-masjid. Hasan al-Basri
menekuni halaqah Abdullah bin Abbas. Dia mengambil pelajaran tafsir, hadith, qira’ah, fiqh, adab dan bahasa.
Ketika Hasan al-Basri sudah menjadi ulama, ramai umat Islam yang menggali ilmu darinya, mendatangi majlisnya serta mendengarkan ceramahnya, yang mampu melunakkan jiwa-jiwa yang keras, dan sampai mencucurkan air mata bagi orang-orang yang berbuat dosa. Ramai yang hadir terpikat dengan hikmahnya yang mempesona.
Ketika Hajjaj bin Yusuf At-Tsaqafi berkuasa di Iraq, dan bertindak sewenang-wenang dan kejam, Hasan al-Basri adalah termasuk dalam bilangan sedikit orang yang berani menentang dan mengecam keras akan kezaliman penguasa itu secara terang-terangan. Saat itu, sebahagian besar para ulama takut dengan Hajjaj, yang sangat kejam dan bertindak dengan keras, terhadap siapa sahaja yang berani mengkritiknya.
Suatu ketika, Hajjaj membina istana yang megah untuk dirinya di kota Wasit. Ketika pembangunan selesai, maka diundangnya orang ramai termasuk para ulama untuk melihat dan mendo’akannya.
Hasan al-Basri tidak mahu menyia-nyiakannya kesempatan yang ada, di mana pasti saat itu ramai orang yang datang dan berkumpul di istana Hajjaj. Maka, Hasan al-Basri tampil dan memberikan ceramah, mengingatkan mereka agar bersikap zuhud di dunia dan menganjurkan manusia untuk mengejar kemuliaan di sisi Allah. Bukanlah kenikmatan dunia yang tidak seberapa dibandingkan dengan kenikmatan yang akan diberikan oleh Allah di akhirat nanti.
Saat tiba di istana, Hasan al-Basri, melihat begitu ramai manusia mengelilngi istana yang megah dan indah dengan halamannya yang sangat luas. Beliau berdiri dan berkhutbah. Diantara isi khutbahnya itu, Hasan al-Basri menyatakan :
“Kita mengetahui apa yang dibangunkan oleh oleh manusia yang paling kejam dan kita dapati Fir’aun yang membangun istana yagn lebih besar dan lebih megah daripada bangunan ini. Namun, Allah membinasakan Fir’aun berserta apa yang dibangunnya. Andai saja Hajjaj sedar bahawa penghuni langit
telah membecinya dan penduduk bumi telah memperdayakannya …”
Hasan al-Basri terus melanjutkannya ceramahnya:
“Wahai saudaraku, Allah Ta’ala telah mengambil sumpah dari ulama agar menyampaikan kebenaran kepada manusia, dan tidak boleh menyembunyikannya”, tambahnya.
Keesokannya harinya, Hajjaj dengan penuh amarah, menghadiri pertemuan bersama para pegawainya, dan berkata keras : “Celakalah kalian! Seorang dari budak-budak Basrah itu memaki-maki kita dengan seenaknya dan tidak seorangpun dari kalian berani mencegah dan menjawabnya. Demi Allah, akan kuminumkan darahnya kepada kalian wahai para pengecut”, ungkapnya.
Lalu, Hajjaj memerintah para pengawalnya untuk menyiapkan pedang beserta algojonya dan menyuruh penguatkuasanya untuk menangkap Hasan al-Basri. Saat Hasan al-Basri sudah dibawa, semua mata memandang kepadanya, dan mulai hati berdebar. Menunggu nasib yang akan dialami oleh Hasan al-Basri. Saat Hasan al-Basri melihat algojo yang sudah menghunus pedangnya berhampiran tempat hukuman mati, beliau menggerakkan bibirnya membaca sesuatu. Kemudian beliau berjalan mendekati Hajjaj dengan ketabahan seorang mukmin, kewibawaan sesorang muslim dan kehormatan seorang da’i di jalan Allah.
Demi melihat ketegaran yang demikian hebat, mental Hajjaj runtuh. Padahal, sudah masyhur di seluruh Iraq tentang kekejaman Hajjaj. Terpengaruh dengan kewibawaan dan sikap Hasan al-Basri, lantas Hajjaj berkata begitu ramah dengan ulama itu,
“Silakan duduk di sini wahai Abu Sa’id, silakan ..”, ucap Hajjaj.
Seluruh yang hadir menjadi terbelalak matanya. Melihat perilaku Amirnya (Hajjaj) mempersilakan Hasan al-Basri duduk di kerusinya dengan penuh wibawa. Hajjaj menoleh kearah al-Basri dan menanyakan pelbagai masalah agama, dan dijawab oleh Hasan al-Basri dengan jawaban-jawaban yang menarik.
Saat merasa pertemuan itu sudah cukup, dan Hajjaj sudah merasa cukup pertanyaan-pertanyaan agama sudah dijawab oleh Hasan al-Basri, lalu Hajjaj menghantarkan Hasan al-Basri sampai ke depan pintu istana, seraya berkata :
“Wahai Abu Sa’id, Anda benar-benar tokoh ulama yang hebat”, kata Hajjaj.
Kemudian, Hajjaj mengenakan minyak wangi ke janggut al-Basri sambil memeluknya.
Pengawal yang menghantarkan Hasan al-Basri sampai ke pintu gerbang itu, bertanyakan mengapa Hajjaj tidak jadi membunuhya, padahal dia sudah mempersiapkan algojonya?
“Lantas apa yang anda baca, wahai Sheikh?”, tanya sang pengawal itu.
Beliau menjawab,
“Ketika itu aku berdo’a, “Wahai Yang Maha Melindungi dan tempatku dalam kesulitan, jadikanlah amarahnya menjadi dingin dan menjadi keselamatan bagiku sebagaimana Engkau jadikan api menjadi dingin dan member kesalamatan bagi Ibrahim”, kata Hasan al-Basri dengan penuh keyakinan.
Begitulah Hasan al-Basri yang berani menasihati penguasa yang sombong, kejam, dan melakukan sewenang-wenangnya, saat penguasa itu hidup bergelumang dengan kemewahan, Hasan al-Basri berani tampil ke hadapan tanpa rasa takut sedikitpun atas keselamatan jiwanya.
Sumber rujukan: eramuslim.com
No comments:
Post a Comment