Tuesday, June 26, 2007

BAHAGIAKAN PASANGAN

BAHAGIAKAN PASANGAN

Salah satu kebahagiaan adalah ketika melihat orang yang kita cintai bahagia.
Kebahagiaan jenis ini tingkatnya lebih tinggi dari kebahagiaan yang bersifat
individual. Boleh jadi, ini masuk dalam kategori kebahagiaan sosial.

Tidak mudah untuk memperoleh kebahagiaan jenis ini. Apalagi bagi mereka
yang bersifat egois. Semua kebahagiaannya diukur dari kebahagiaan diri
sendiri. Orang yang demikian adalah tipikal 'pemburu kebahagiaan' , yang
justru tidak pernah menemukan kebahagiaan. ..

Berumah tangga adalah sebuah cara untuk memperoleh kebahagiaan, dengan cara
membahagiakan pasangan kita. Partner kita. Isteri atau suami. Mampukah itu
terjadi? Mampu, ketika berumah tangga dengan berbekal cinta. Bukan sekadar
berburu cinta. Apakah ada bezanya?

Berbekal cinta, bererti kita mencintai pasangan kita. Ingin memberikan
sesuatu kepada pasangan agar ia merasa bahagia. Sedangkan berburu cinta,
bererti kita menginginkan untuk dicintai. Menginginkan sesuatu dari pasangan
kita, sehingga kita merasa bahagia.

Menurut anda, manakah yang lebih baik? Mengejar cinta atau memberikan cinta?
Mengejar kebahagiaan ataukah memberikan kebahagiaan? Mengejar kepuasan
ataukah justru memberikan kepuasan? Mana yang bakal membahagiakan, yang
pertama ataukah yang ke dua?


Ternyata, yang ke dua. Mengejar cinta hanya akan mendorong anda untuk
berburu sesuatu yang tidak pasti. Yang tidak pernah anda raih. Kerana,
keinginan adalah sesuatu yang tidak pernah ada habisnya. Apalagi
keserakahan.

Hari ini Anda merasa memperoleh cinta dari pasangan Anda, maka berikutnya
anda akan merasa tidak puas. Dan ingin memperoleh yang lebih dari itu. Sudah
memperoleh lagi, berikutnya anda akan ingin lebih lagi.

Ini hampir tak ada bezanya dengan ingin mengejar kesenangan dengan cara
memiliki kereta atau rumah. Ketika kita masih miskin, kita mengira akan
senang memiliki motorsikal berharga 2-3 ribu ringgit. Kita berusaha
mengejarnya. Lantas memperolehnya. Dan kita memang senang.

Tapi, tak berapa lama kemudian, kita menginginkan untuk memiliki kereta yang
berharga puluhan ribu. Motorsikal yang telah kita miliki itu tidak lagi
menyenangkan, atau apalagi membahagiakan.

Benak kita terus menerus terisi oleh bayangan betapa senangnya memiliki
kereta berharga puluhan ribu. Jika kemudian kita mMPU memenuhi
keinginan itu, kita pun merasa senang. Tetapi, ternyata itu tidak lama.
Benak kita bakal segera terisi oleh bayangan-bayangan, betapa senangnya
memiliki kereta yang lebih besar dan harganya lebih juga ya. Begitulah seterusnya. Cuba
rasakan hal ini dalam kehidupan anda, maka anda akan merasakan dan
membenarkannya.

Kesenangan dan kebahagiaan itu bukan anda peroleh dengan cara mengejarnya,
melainkan dengan cara merasakan apa yang sudah anda miliki. Dan jika anda
mensyukurinya, maka kebahagiaan itu akan datang dengan sendirinya pada
perubahan yang datang berikutnya.

Anda tak perlu mengejar kebahagiaan, kerana anda sudah menggenggamnya. Yang
perlu anda lakukan sebenarnya adalah memberikan perhatian kepada apa yang
sudah anda miliki. Bukan melihat dan mengejar sesuatu yang belum anda
punyai. Semakin anda memberikan perhatian kepada apa yang telah anda miliki,
maka semakin terasa nikmatnya memiliki. Jadi, kuncinya bukan mengejar,
melainkan memberi.

Demikian pula dalam berumah tangga. Jika kita ingin memperoleh kebahagiaan,
caranya bukan dengan mengejar kebahagiaan itu. Melainkan dengan memberikan
kebahagiaan kepada pasangan kita. Bukan mengejar cinta, melainkan memberikan
cinta. Bukan mengejar kepuasan, melainkan memberikan kepuasan.

Maka anda bakal memperoleh kebahagiaan itu dari dua arah. Yang pertama, anda
akan memperolehnya dari pasangan anda. Kerana merasa dibahagiakan, ia akan
membalas memberikan kebahagiaan.

Yang ke dua, kebahagiaan itu bakal muncul dari dalam diri anda sendiri.
Ketika kita berhasil memberikan kepuasan kepada pasangan kita, maka kita
bakal merasa puas. Ketika berhasil memberikan kesenangan kepada partner
kita, maka kita pun merasa senang. Dan ketika kita berhasil memberikan
kebahagiaan kepada isteri atau suami kita, maka kita pun merasa bahagia.

Ini, nikmatnya bukan main. Jumlah dan kualitinya terserah pada anda. Ingin lebih
bahagia, maka bahagiakanlah pasangan anda. Ingin lebih senang, maka
senangkanlah pasangan anda lebih banyak lagi. Terserah anda, minta kesenangan, kepuasan, ataupun kebahagiaan sebesar apa. Kerana kuncinya ada di tangan anda sendiri.
Semakin banyak memberi semakin nikmat rasanya.

Anda yang terbiasa egois dan mengukur kebahagiaan dari kesenangan peribadi,
akan perlu waktu untuk menyelami dan merenungkan kalimat-kalimat di atas.

Contoh yang lebih konkrit adalah perkahwinan dengan cinta yang bertepuk
sebelah tangan. Perkahwinan semacam ini sungguh membuat menderita pihak yang
tidak mencintai. Padahal ia dicintai. Segala keperluannya dipenuhi oleh
pasangannya. Katakanlah ia pihak wanita.

Segala keperluan sang wanita selalu dipenuhi oleh suaminya. Rumah ada. Kereta
tersedia. Pakaian, perhiasan, dan segala keperluan semuanya tercukupi.
Tetapi ia tidak pernah merasa bahagia. Kenapa? Kerana tidak ada cinta di
hatinya.

Sebaliknya, sang suami merasa bahagia, kerana ia mencintai isterinya. Ia
merasa senang dan puas ketika mapu membelikan rumah. Ia juga merasa senang
dan puas ketika mampu membelikan kereta.

Dan ia senang serta puas ketika mampu memenuhi segala keperluan isteri yang
dicintainya itu. Semakin cinta ia, dan semakin banyak ia memberikan kepada
isterinya, maka semakin bahagialah sang suami. Kalau ia benar-benar cinta
kepada isterinya, maka ukuran kebahagiaannya berada pada kebahagiaan si
isteri. Jika isterinya bahagia, ia pun merasa bahagia. Jika isterinya
menderita, maka ia pun merasa menderita.

Akan berbeza halnya, jika si suami tidak mencintai isteri. Ia sekadar
menuntut isterinya agar mencintainya. Memberikan kesenangan, kepuasan dan
kebahagiaan kepadanya. Ketika semua itu tidak sesuai dengan keinginannya,
maka ia bakal selalu merasa tidak bahagia.

Sebaliknya, jika isteri tersebut kemudian mampu mencintai suaminya - kerana
kebaikan yang diberikan terus menerus kepadanya - maka si isteri itu juga
bakal memperoleh kebahagiaan kerananya.

Pelayanan yang tadinya dilakukan dengan terpaksa terhadap suaminya, kini
berganti dengan rasa ikhlas dan cinta. Tiba-tiba saja dia merasakan
kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada terkira.

Kalau dulu ia memasakkan suami dengan rasa enggan dan terpaksa, misalnya,
kini ia melakukan dengan senang hati dan berbunga-bunga. Kalau dulu ia
merasa tersiksa ketika melayani suami di tempat tidur, kini ia merasakan
cinta yang membara.

Ya, tiba-tiba saja semuanya jadi terasa berbeza. Penuh nikmat dan bahagia.
Padahal seluruh aktiviti yang dia lakukan sama saja. Apakah yang
membezakannya? Rasa cinta!

Ketika 'berbekal cinta', semakin banyak ia memberi, semakin banyak pula rasa
bahagia yang diperolehnya. Hal ini memberikan gambaran kepada kita bahwa
yang bahagia itu sebenarnya bukanlah orang yang dicintai, melainkan orang
yang mencintai. Orang yang sedang jatuh cinta...

Kerana itu keliru kalau kita ingin dicintai. Yang harus kita lakukan adalah
mencintai pasangan. Semakin besar cinta kita kepadanya, semakin bahagia pula
kita kerananya. Dan yang ke dua, semakin banyak kita memberi untuk
kebahagiaan dia, maka semakin bahagialah kita...

Begitulah mestinya rumah tangga kita. Bukan saling menuntut untuk
dibahagiakan, melainkan saling memberi untuk membahagiakan. Kerana di
situlah kunci kebahagiaan yang sebenar-benarnya memberikan kebahagiaan.


No comments:

Post a Comment