Ramadhan bulan yang penuh berkah baru saja berlalu. Sederet catatan dan kenangan amal yang baik, semoga mengiringi kepergiannya. Semoga bersua kembali dengan bulan yang mulia dan penuh rahmat ini, insyaAllah.
Ramadhan memang telah berlalu meninggalkan kita. Namun pengaruhnya tidak boleh hilang begitu sahaja dan ia harus terjelma dengan jelas dalam hidup seharian kita. Puasa, tarawih, qiamullail, tilawatil Quran, sedekah, infa’ dan zikrullah kita seharusnya dan selayaknya menempa diri setiap muslim menjadi peribadi muttaqin (orang-orang yang bertaqwa). Kerana, taqwa itulah tujuan yang hendak diraih dari keseluruhan amaliah Ramadhan kita.
Darjat taqwa itulah satu-satunya bekal yang layak di bawa mengadap Allak kelak. Sesungguhnya hanya takwa sahaja kayu pengukur prestasi dan ”standard” penilaian Allah swt. terhadap hamba-hamba-Nya. Semakin tinggi tingkat ketaqwaannya, semakin mulia kedudukannya di sisi Allah swt. Maka marilah kita muhasabah prestasi diri masing-masing, sudah sejauh mana ia meningkatkan ketaqwaannya. Firman Allah swt yang bermaksud:
”Dan siapkanlah bekal kalian. Maka sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.” (Al Baqarah:197)
Pembuktian ketaqwaan dapat kita terjemahkan melalui ketaatan kita. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan indikator utama seorang muttaqin. Sikap taat merupakan refleksi iman dan taqwa seorang hamba. Hal ini ditegaskan allah dalam Al Quran yang bermaksud:
” Sesungguhnya ucapan orang mukmin bila dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya dalam memutuskan urusan mereka, adalah perkataan: ”Kami dengan dan kami taat”. Itulah orang-orang yang beruntung.” (An Nuur-51)
Tunduk, taat dan patuh kepada ketentuan Allah dan Rasul-Nya itulah sikap, prinsip dan mentaliti seorang yang bertaqwa. Dan ketaatan itu tumbuh secara fitrah dalam hati sanubari tanpa ada paksaan dan tekanan. Apapun keputusan dan aturan Allah dan Rasul-nya diterima dengan redha dan lapang dada di iringi dengan sikap kesediaan melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai hamba Allah dan pengikut Nabi Muhamad saw.
Fenomena ini digambarkan Allah dalam firman-Nya bermaksud:
”Maka demi Rabb-mu, mereka itu tidak dikatakan beriman sehingga mereka menjadikan engkau (Muhamad) sebagai hakim (pemutus perkara) mereka, kemudian engkau tidak mendapati dalam diri mereka rasa keberatan atas keputusanmu, dan mereka menerimanya dengan penuh ketundukan.” (An Nisa’: 65)
Muhasabah Taqwa
• Sudahkah kita mentaati Allah dan Rasul dengan melaksanakan seluruh perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya atau kita mengabaikannya?
• Apakah kita menyambut seruan dan panggilan Allah dan Rasul-Nya dengan segera laksana seorang perajurit yang selalu siap sedia menjalankan tugas atau sebaliknya?
• Apakah kita menunaikan solat dengan taat dan kusyuk dan sentiasa memeliharanya dengan baik? Atau kita semakin sering meninggalkannya lantaran asyik di buai mimpi atau kesibukan kerja?
• Sudahkah kita salurkan kekayaan yang Allah pinjamkan kepada kita untuk zakat, sedekah dan infa’ di jalan Allah swt? Atau kita salurkan untuk tujuan berlibur semata atau untuk diri sendiri sahaja?
• Apakah kita termasuk golongan yang sentiasa memelihara kehormatan dan aurat? Atau jangan-jangan kita selama ini tergolong orang-orang yang suka mempamerkan kecantikan dan aurat kita untuk menjadi tatapan umum?
• Apakah kita termasuk orang yang selalu menjaga aklaqul karimah dan memelihara adab pergaulan? Atau kita terjerumus dalam pergaulan bebas dan berakhlak buruk?
• Adakah Al Quran telah berada dan tetap berada dalam hati kita? Atau kita sudah lama menjadikannya khazanah lama di rak almari kita atau hiasan di dinding?
• Apakah Islam kini berfungsi sebagai sistem yang mengatur hidup kita? Atau Islam hanya digunapakai ketika majlis akad nikah perkahwinan dan mengurus kematian ahli keluarga?
• Apakah ukhwah antara kita semakin terbina atau sikap individualistik terus menguasai kita?
• Apakah masjid dan surau di kariah kita sering kunjungi atau kita masih sibuk dengan urusan kerja dan peribadi sehingga kita tidak temui jalan ke masjid dan surau?
• Apakah institusi keluarga kita berfungsi sebagai madrasah melahirkan manusia muttaqin atau menjadi porak peranda kerana sikap tidak bertanggungjawab kita dalam mendidik isi rumah kita?
Semua itu patut menjadi renungan yang mendalam buat kita semua. Semoga sebulan penuh kita menjalani latihan di madrasah tarbiyah Ramadhan membersihkan kembali fitrah kita yangsuci. Fitrah yang selalu mengajak tunduk, taat dan patuh kepada tuntutan Allah swt dan Rasul-Nya. Sehingga di sepanjang Syawal ini kita layak merayakannya sebagai hari kemenangan fitrah atas nafsu, kemenangan kebenaran atas kebatilan dan kemenangan Iman atas kekufuran.
masyaAllah...
ReplyDeletesaya tak terjawab soalan2 tu..
mengaku Islam..mengaku Mukmin...mengaku Allah itu Kiblat saya..
mengaku Muhammad itu Rasul yang tercinta..
mrngaku Quran itu pelita hati saya..
tapi bila di selidik dalam2..banyak yang pincang..banyak yang kurang...
Muhasabah yang WAJIB dilakukan dan dianalisis oleh setiap MUSLIM. Agar tarbiyah di Bulan Ramadhan memberi kesan yang berpanjangan sehinggalah bertemu dengan Ramadhan seterusnya. IsyaAllah.
ReplyDelete