Saturday, February 19, 2011


Umar bin Khatthob RH mengatakan: “Kita adalah umat yang telah Allah Subhaanahu Wa Ta'ala berikan kemuliaan dengan Islam, maka bagaimanapun cara kita mencari kemuliaan tanpa Islam maka Allah akan tetap menjadikannya sebagai kehinaan.”

Bilakah Umar mengucapkan ungkapan ini? Bilakah Umar menyusun perkataan ini?

Umar mengatakan ini pada ketika yang agung dan pada satu waktu yang mulia dalam Islam. Beliau mengatakan ini ketika beliau berangkat untuk membuka Baitul Maqdis, untuk mengambil kunci-kunci Baitul maqdis yang telah kita abaikan kerana kita mengabaikan Islam.

Umar berangkat ke sana untuk mengambil kunci-kunci Baitul Maqdis. Kemudian orang-orang Nashara mendengar kedatangan Umar yang yang namanya telah menggoncang dunia, yang jika nama Umar disebut di majlis Kisra dan Kaisar, maka kedua raja ini hampir pengsan mendengarnya, kerana takut.

Umar yang tidur di pelepah kurma, tetapi hati para taghut yang berada di atas singgasana ketakutan. Umar yang hanya makan gandum, tetapi para bangsawan yang memiliki emas dan perak gemetar jika melihatnya. Umar yang jika berjalan di suatu jalan, maka syaitan akan memilih jalan lain. Umar yang sudah dikenal dikalangan muslimin Melayu, India, Iraq, Sudan, Andalus, dan akan dikenal dunia.

Ketika orang-orang Nashara mendengar Umar akan datang untuk mengambil kunci-kunci Baitul Maqdis, mereka keluar dengan jumlah yang sangat besar. Para wanita keluar di atap-atap rumah, anak-anak keluar di berbagai jalan dan lorong.

Sedangkan pasukan kaum muslimin yang dipimpin oleh tiga panglima, mereka keluar dalam konvoi pasukan yang belum pernah didengar dunia.

Bagaimana pengawal yang mengiringi Umar yang akan mengambil kunci-kunci Baitul Maqdis ?

Tidak ada iring-iringan yang mengawal ! Orang-orang menyangka beliau akan datang dengan para pembesar sahabat, para pembesar Anshar dan Muhajirin dari para ulama dan orang-orang shalehnya.

Tetapi beliau datang hanya dengan menunggang satu unta dan ditemani seorang pembantunya. Kadang-kadang Umar yang menuntun unta dan pembantunya naik dan kadang-kadang Umar yang naik unta dan pembantunya yang menuntun !

Ketika mendekati Baitul Maqdis, para pejabat muslimin bertanya-tanya: “Siapa itu ? Mungkin salah seorang tentera yang datang untuk memberi tahu kedatangan Amirul Mukminin.

Ketika pasukan itu menghampiri, ternyata orang tersebut adalah Umar bin Khattob ! Ketika beliau sampai di Baitul Maqdis, tiba giliran beliau menuntun unta dan pembantunya yang berada di atas unta.

Amr bin Ash mengatakan: “Wahai Amirul Mukminin, orang-orang menanti kehadiran anda, penghuni dunia keluar untuk menyambut kehadiran anda dan orang-orang mendengar tentang anda tetapi anda datang dengan penampilan seperti ini ?”

Kemudian Umar mengatakan perkataannya yang sangat terkenal, yang tetap diingat sepanjang masa: “Kita adalah umat yang telah Allah Subhaanahu Wa Taala berikan kemuliaan dengan Islam, maka bagaimanapun juga jika kita mencari kejayaan dengan yang lain, maka Allah akan memberikan kehinaan kepada kita.”

Kita membangun peradaban kita daripada tidak ada apa-apa dengan satu modal; Laa ilaaha illallaah.

Pasukan Umar bin Khattob keluar dengan 30,000 orang yang beriman. Setiap orang yang beriman sama dengan 3 juta tentera dunia sekarang. Mereka keluar untuk berperang melawan Parsi, berperang untuk melawan Kisra yang kafir dan sesat. Ketika mereka tiba di Qadisiyah, Kisra ingin melakukan perundingan dengan Umar kerana takut mati. Maka ia mengutus Hurmuzan -salah seorang menterinya- untuk mendatangi Madinah Nabawiyah kota Rasulullah SAW untuk duduk bersama Umar Al Faruq di meja perundingan.

Utusan tersebut keluar dengan rombongan yang besar untuk menemui Umar, dengan hati yang hampir robek kerana takut…Mengapa? Kerana dia ragu-ragu. Bagaimana ia akan bicara dengan Umar bin Khattob ? Apakah ia akan berbicara secara langsung atau melalui perantaraan ? Apakah ia akan duduk bersama di atas tanah ? Apakah ia dapat melihat Umar secara langsung tanpa alat ?

Maka ia memakai perhiasan, sutera, emas dan perak. Ia menembus jalan dari Iraq menuju Madinah.

Ketika ia masuk Madinah, ia bertanya: “Dimana istana Khalifah Umar?”
Para sahabat mengatakan: “Umar tidak punya istana.”

Ia bertanya: “Bagaimana ia memimpin kalian ?”
Mereka berkata: “Beliau memimpin kami di atas tanah.”

Ia bertanya: “Di mana rumahnya ? Apakah rumahnya memiliki keistimewaan ?”
Mereka menjawab: “ Rumahnya seperti rumah kita.”

Ia berkata: “Tolong tunjukkan pada saya rumahnya.”
Mereka berangkat dan berjalan di gang-gang kota Madinah yang sempit, sampai mereka sampai di sebuah rumah yang kecil miskin yang hanya dibangun dari tanah biasa.

Ia bertanya: “Apakah ini rumahnya ?”
Mereka mengatakan: “Ya”
Ia bertambah takut dan gemetar, ia bertanya: “Apakah ini rumahnya ?”
Mereka mengatakan: “Kita akan tanya keluarganya”

Kemudian mereka mengetuk pintu rumah. Puteranya keluar, mereka bertanya: “Apakah Amirul Mukminin ada di rumah ?”
Beliau menjawab: “Beliau sedang tidak di rumah, silahkan anda cari di masjid “

Pejabat, istana dan tempat duduknya di masjid.
Utusan ini segera berangkat ke masjid. Anak-anak berjalan dibelakang utusan Beberapa wanita melihat dari atap rumah dan dari balik pintu, untuk melihat orang yang datang dengan sutera dan emas yang bersinar kerana pantulan sinar matahari.

Utusan tersebut mencari Umar. Mereka pergi dan memasuki masjid, mengamati orang-orang yang tidur -kerana beliau tidur di masjid- maka mereka tidak menemukan. Mereka mengatakan: “Kita cari di tempat lain.”
Maka mereka mencari lagi.

Mereka mendatangi sebuah pohon di luar kota Madinah, ternyata beliau berada di situ. Beliau tertidur di di bawah pohon. Utusan Parsi ini tercengang dan semakin takut.

Mereka membangunkan Umar. Ketika beliau bangun, beliau bertanya: “Siapa ini ?”

Mereka mengatakan: “Ini adalah Hurmuzan dan rombongannya, datang untuk berunding dengan anda, wahai Amirul Mukminin.”

Orang Parsi tersebut berkata: “Anda telah berhukum dengan adil sehingga anda merasa aman dan dapat tidur.”

Jadi kita adalah umat yang telah Allah berikan kejayaan dengan Islam, maka jika kita mencari kejayaan dengan selain Islam, Allah akan memberikan kehinaan kepada kita.

Pada saat kita mencari kejayaan dengan pakaian dan penampilan, bukan dengan agama, maka Allah akan memberikan kehinaan kepada kita.

Pada saat kita merasa bangga dengan rumah dan istana, maka Allah akan memberikan kehinaan kepada kita.

Pada saat kita merasa bangga dengan pelbagai kenderaan, kakayaan dan makanan maka Allah akan memberikan kehinaan kepada kita. Kerana kita adalah umat yang telah Allah berikan kejayaan dengan Islam, maka kalau kita mencari kemuliaan dengan selain Islam Allah akan memberikan kehinaan kepada kita.

Mengapa kita tidak merasa bangga, wahai para pemuda, mengapa kita tidak merasa bangga dengan Islam ?

Kita Dimuliakan Oleh Islam!


Umar bin Khatthob RH mengatakan: “Kita adalah umat yang telah Allah Subhaanahu Wa Ta'ala berikan kemuliaan dengan Islam, maka bagaimanapun cara kita mencari kemuliaan tanpa Islam maka Allah akan tetap menjadikannya sebagai kehinaan.”

Bilakah Umar mengucapkan ungkapan ini? Bilakah Umar menyusun perkataan ini?

Umar mengatakan ini pada ketika yang agung dan pada satu waktu yang mulia dalam Islam. Beliau mengatakan ini ketika beliau berangkat untuk membuka Baitul Maqdis, untuk mengambil kunci-kunci Baitul maqdis yang telah kita abaikan kerana kita mengabaikan Islam.

Umar berangkat ke sana untuk mengambil kunci-kunci Baitul Maqdis. Kemudian orang-orang Nashara mendengar kedatangan Umar yang yang namanya telah menggoncang dunia, yang jika nama Umar disebut di majlis Kisra dan Kaisar, maka kedua raja ini hampir pengsan mendengarnya, kerana takut.

Umar yang tidur di pelepah kurma, tetapi hati para taghut yang berada di atas singgasana ketakutan. Umar yang hanya makan gandum, tetapi para bangsawan yang memiliki emas dan perak gemetar jika melihatnya. Umar yang jika berjalan di suatu jalan, maka syaitan akan memilih jalan lain. Umar yang sudah dikenal dikalangan muslimin Melayu, India, Iraq, Sudan, Andalus, dan akan dikenal dunia.

Ketika orang-orang Nashara mendengar Umar akan datang untuk mengambil kunci-kunci Baitul Maqdis, mereka keluar dengan jumlah yang sangat besar. Para wanita keluar di atap-atap rumah, anak-anak keluar di berbagai jalan dan lorong.

Sedangkan pasukan kaum muslimin yang dipimpin oleh tiga panglima, mereka keluar dalam konvoi pasukan yang belum pernah didengar dunia.

Bagaimana pengawal yang mengiringi Umar yang akan mengambil kunci-kunci Baitul Maqdis ?

Tidak ada iring-iringan yang mengawal ! Orang-orang menyangka beliau akan datang dengan para pembesar sahabat, para pembesar Anshar dan Muhajirin dari para ulama dan orang-orang shalehnya.

Tetapi beliau datang hanya dengan menunggang satu unta dan ditemani seorang pembantunya. Kadang-kadang Umar yang menuntun unta dan pembantunya naik dan kadang-kadang Umar yang naik unta dan pembantunya yang menuntun !

Ketika mendekati Baitul Maqdis, para pejabat muslimin bertanya-tanya: “Siapa itu ? Mungkin salah seorang tentera yang datang untuk memberi tahu kedatangan Amirul Mukminin.

Ketika pasukan itu menghampiri, ternyata orang tersebut adalah Umar bin Khattob ! Ketika beliau sampai di Baitul Maqdis, tiba giliran beliau menuntun unta dan pembantunya yang berada di atas unta.

Amr bin Ash mengatakan: “Wahai Amirul Mukminin, orang-orang menanti kehadiran anda, penghuni dunia keluar untuk menyambut kehadiran anda dan orang-orang mendengar tentang anda tetapi anda datang dengan penampilan seperti ini ?”

Kemudian Umar mengatakan perkataannya yang sangat terkenal, yang tetap diingat sepanjang masa: “Kita adalah umat yang telah Allah Subhaanahu Wa Taala berikan kemuliaan dengan Islam, maka bagaimanapun juga jika kita mencari kejayaan dengan yang lain, maka Allah akan memberikan kehinaan kepada kita.”

Kita membangun peradaban kita daripada tidak ada apa-apa dengan satu modal; Laa ilaaha illallaah.

Pasukan Umar bin Khattob keluar dengan 30,000 orang yang beriman. Setiap orang yang beriman sama dengan 3 juta tentera dunia sekarang. Mereka keluar untuk berperang melawan Parsi, berperang untuk melawan Kisra yang kafir dan sesat. Ketika mereka tiba di Qadisiyah, Kisra ingin melakukan perundingan dengan Umar kerana takut mati. Maka ia mengutus Hurmuzan -salah seorang menterinya- untuk mendatangi Madinah Nabawiyah kota Rasulullah SAW untuk duduk bersama Umar Al Faruq di meja perundingan.

Utusan tersebut keluar dengan rombongan yang besar untuk menemui Umar, dengan hati yang hampir robek kerana takut…Mengapa? Kerana dia ragu-ragu. Bagaimana ia akan bicara dengan Umar bin Khattob ? Apakah ia akan berbicara secara langsung atau melalui perantaraan ? Apakah ia akan duduk bersama di atas tanah ? Apakah ia dapat melihat Umar secara langsung tanpa alat ?

Maka ia memakai perhiasan, sutera, emas dan perak. Ia menembus jalan dari Iraq menuju Madinah.

Ketika ia masuk Madinah, ia bertanya: “Dimana istana Khalifah Umar?”
Para sahabat mengatakan: “Umar tidak punya istana.”

Ia bertanya: “Bagaimana ia memimpin kalian ?”
Mereka berkata: “Beliau memimpin kami di atas tanah.”

Ia bertanya: “Di mana rumahnya ? Apakah rumahnya memiliki keistimewaan ?”
Mereka menjawab: “ Rumahnya seperti rumah kita.”

Ia berkata: “Tolong tunjukkan pada saya rumahnya.”
Mereka berangkat dan berjalan di gang-gang kota Madinah yang sempit, sampai mereka sampai di sebuah rumah yang kecil miskin yang hanya dibangun dari tanah biasa.

Ia bertanya: “Apakah ini rumahnya ?”
Mereka mengatakan: “Ya”
Ia bertambah takut dan gemetar, ia bertanya: “Apakah ini rumahnya ?”
Mereka mengatakan: “Kita akan tanya keluarganya”

Kemudian mereka mengetuk pintu rumah. Puteranya keluar, mereka bertanya: “Apakah Amirul Mukminin ada di rumah ?”
Beliau menjawab: “Beliau sedang tidak di rumah, silahkan anda cari di masjid “

Pejabat, istana dan tempat duduknya di masjid.
Utusan ini segera berangkat ke masjid. Anak-anak berjalan dibelakang utusan Beberapa wanita melihat dari atap rumah dan dari balik pintu, untuk melihat orang yang datang dengan sutera dan emas yang bersinar kerana pantulan sinar matahari.

Utusan tersebut mencari Umar. Mereka pergi dan memasuki masjid, mengamati orang-orang yang tidur -kerana beliau tidur di masjid- maka mereka tidak menemukan. Mereka mengatakan: “Kita cari di tempat lain.”
Maka mereka mencari lagi.

Mereka mendatangi sebuah pohon di luar kota Madinah, ternyata beliau berada di situ. Beliau tertidur di di bawah pohon. Utusan Parsi ini tercengang dan semakin takut.

Mereka membangunkan Umar. Ketika beliau bangun, beliau bertanya: “Siapa ini ?”

Mereka mengatakan: “Ini adalah Hurmuzan dan rombongannya, datang untuk berunding dengan anda, wahai Amirul Mukminin.”

Orang Parsi tersebut berkata: “Anda telah berhukum dengan adil sehingga anda merasa aman dan dapat tidur.”

Jadi kita adalah umat yang telah Allah berikan kejayaan dengan Islam, maka jika kita mencari kejayaan dengan selain Islam, Allah akan memberikan kehinaan kepada kita.

Pada saat kita mencari kejayaan dengan pakaian dan penampilan, bukan dengan agama, maka Allah akan memberikan kehinaan kepada kita.

Pada saat kita merasa bangga dengan rumah dan istana, maka Allah akan memberikan kehinaan kepada kita.

Pada saat kita merasa bangga dengan pelbagai kenderaan, kakayaan dan makanan maka Allah akan memberikan kehinaan kepada kita. Kerana kita adalah umat yang telah Allah berikan kejayaan dengan Islam, maka kalau kita mencari kemuliaan dengan selain Islam Allah akan memberikan kehinaan kepada kita.

Mengapa kita tidak merasa bangga, wahai para pemuda, mengapa kita tidak merasa bangga dengan Islam ?

Sunday, February 13, 2011


Setelah membaca tulisan Abu Umar di ruangan “Kehidupan” yang mengajak kita semua bermuhasabah hakikat cinta kita kepada Rasulullah SAW. , penulis menjadi “kelu” untuk menulis sesuatu berkenaan Baginda SAW. Justeru penulis merasai betapa masih jauh lagi bukti kecintaan penulis terhadap Baginda SAW. Penulis meminjam kata-kata dari Dr. Ahmad Muhammad al-Hufy. Sebelum beliau menulis tajuk Min akhlak an-Nabiy beliau memulakan tulisannya dengan penuh kerendahan hati,

“Ya, Rasulullah, junjunganku! Apakah kata-kata yang tak berdaya ini mampu mengungkapkan ketinggian dan keluhuranmu? Apakah penaku yang tumpul ini dapat menggambarkan budi pekertimu yang mulia? Bagaimana mungkin setitis air akan sanggup melukiskan samudera yang luas? Bagaimana mungkin sebutir pasir akan mampu menggambarkan gunung yang tinggi? Bagaimana mungkin sepercik cahaya akan dapat bercerita tentang matahari? Sejauh yang dapat dicapai oleh sebuah pena, hanyalah isyarat tentang keluhuran martabatmu, kedudukanmu yang tinggi, dan singgasanamu yang agung.”

Dengan wajah ketundukan, penulis mencari kekuatan menyelami hakikat cinta kepada Rasulullah SAW yang sebenar-benarnya. Hari ini terlalu banyak perisa dan formula-formula cinta yang dicetuskan oleh sang manusia, sehinggakan hakikat cinta kepada junjungan besar kita dikesampingkan atau sekadar mengisi hari-hari tertentu seperti sambutan Maulidur Rasul sahaja. Makin celaru apabila ada pula umat Muhammad yang bangga dan teruja meraikan hari cinta (Valentine Day), sedangkan cintanya kepada Muhammad entah ke mana.

Kita semua boleh mendakwa kita cinta dan kasih Rasulullah SAW, tetapi sejauh manakah pembuktian cinta kita? Cinta menuntut pembuktian nyata! Tidak cukup kalau sekadar berarak dan berselawat pada Hari Maulidur Rasul semata! Cinta tidak cukup sekadar mendakwa kita umat Muhammad semata!

Pembuktian Cinta

Manusia yang mengejar cinta kemanusiaan, mereka bersungguh-sungguh menzahirkan cinta mereka, siang malam asyik teringat sang kekasih yang dicintai, hatta sampai peringkat sedia menjual jiwa dan raga kononnya demi membuktian kecintaan sesama mereka, syara’ atau tidak, kita boleh lihat sendiri contoh yang ada di luar sana. Nampak bahagia, namun hakikatnya mereka bercinta atas asas yang rapuh. Malahan ramai juga yang kecewa akhirnya.

Begitu sekali manusia berusaha membuktikan cinta mereka. Justeru bagaimana pula dengan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW.? Apakah sehebat itu juga atau bagaimana? Apakah mencintai Rasulullah ada persaingan dengan cinta-cinta yang lain? Mencintai Rasulullah SAW merupakan kewajipan bagi setiap muslim dan semuanya mengaku ingin mencintai Baginda, namun tidak semua pengakuan itu benar dan tidak semua keinginan itu baik. Oleh kerana itu diperlukan bukti dan tanda yang dapat dijadikan dalil kebenaran pengakuan cinta kita terhadap Rasulullah SAW. Ini kerana apabila pengakuan tidak dibuktikan dengan dalil yang nyata, maka tentulah ramai manusia membuat kerosakan dan kekacauan dengan pengakuan-pengakuan dusta, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Seandainya manusia diberikan (diterima) semua pengakuannya, tentulah ramai orang yang menuntut darah dan harta orang lain.” (HR: Al-Bukhari)

Cinta kepada sang kekasih Allah SWT ini besar ertinya kepada kita. Suatu ketika, seorang Arab Badwi datang menemui Rasulullah SAW seraya menanyakan tentang hari kiamat. Rasulullah bertanya: “Apa yang telah engkau persiapkan untuk hari itu?” Orang Badwi itu berkata: “Ya Rasulullah, aku tidak memiliki apa-apa, tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Mendengar itu, Rasulullah SAW menjawab, “Anta ma‘a man ahbabta. Engkau bersama orang yang kau cintai.” (HR Bukhari)

Dan Rasulullah SAW ada bersabda lagi:

“Seseorang di antara kamu belum beriman sehingga aku lebih dicintainya daripada kedua orang tua, anaknya dan seluruh manusia.” HR. Bukhari dan Muslim.

Firman Allah SWT:

“Katakanlah: “Jika kamu mencintai Allah ikutilah aku (Rasulullah SAW) niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (‘Ali Imran:31)

Penulis yakin kita semua pernah membaca hadith dan ayat Al Quran di atas. Cabaran utama adalah sejauhmana kita membumikan cinta itu di dalam kehidupan kita. Percintaan yang benar dan sejati akan menterjemahkan cinta itu dalam kehidupan. Kecintaan yang tulus dan mulus akan menerbitkan umat yang kuat dan dinamik. Bukankah begitu gambaran kualiti para sahabat RA yang merupakan model terbaik umat yang paling mencintai nabi junjungan besar. Iman mereka mantap, sahsiah, peribadi dan akhlak mereka ampuh, kehidupan mereka yang sentiasa berusaha membuktikan kecintaan mereka kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. dalam setiap masa dan fasa dakwah Islam. Siapa yang boleh menidakkan teladan kecintaan mereka terhadap Rasulullah SAW? Namun mengapa hari ini umat begitu longlai dan lemah? Apakah kerana kita belum menzahirkan lagi cinta kita kepada Rasulullah SAW?

Rasulullah Mencintai Umatnya

Firman Allah SWT:

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW itu suri teladan yang baik bagimu.” (Al Ahzab:21)

Ketika denyut dan nafas akhir kehidupan Rasulullah SAW. semakin menghampiri Baginda, saat itu Baginda ditemani puteri tercintanya, Fatimah, satu kata terucap dari bibir Baginda, “Ummatii…ummatii…” Sebuah ungkapan kerinduan dan kecintaan yang teramat indah kepada umatnya.

Sejak saat itu, dunia kehilangan manusia terbaik sepanjang sejarah peradaban. Kelam pun menyelimuti seluruh langit. Baginda mengucapkan selamat tinggal sekaligus selamat datang pada generasi yang akan mengikuti millah-nya. Dalam doa-doa di keheningan malam, Rasulullah SAW selalu bermunajat kepada Allah SWT. tentang kerisauan terhadap keadaan umatnya. Dengan rasa takut dan harap, Baginda sentiasa berdoa agar umatnya senantiasa berada di jalan yang diredhai Allah. Baginda tidak rela apabila melihat umatnya ada dalam genggaman syaitan. Namun pernahkah kita sedar dan peka akan perkara ini?

Rasulullah SAW dengan segenap cinta, pengharapan dan kerisauannya, telah memberikan isyarat kepada kita bahawa Baginda sentiasa berfikir akan masa depan umatnya. Lantas, bagaimana dengan kita? Apakah kita juga selalu memikirkan dan meneladani Rasulullah SAW dalam seharian kehidupan kita? Sudahkah kita merasakan pengaruh cinta Rasulullah SAW dalam jiwa kita? Pertanyaan itu akan segera terjawab ketika mengukur kualiti akhlak dan keperibadian kita, serta sejauh mana kita mengenal Rasulullah SAW.

Ketika umat Islam diperintahkan agar mencintai Nabi Muhammad SAW maka itu sama sekali bukan kerana Nabi Muhammad memerlukan cinta umatnya, cinta siapa lagi yang diperlukan padahal Baginda sudah menjadi kekasih Allah? Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk mencintai Baginda, kerana apabila kita mencintai Rasulullah dengan jujur maka insyaAllah sahsiah dan peribadi kita akan sesuai dengan perilaku, sahsiah dan peribadi Baginda.

Momentum Cinta

Cinta kepada Rasulullah SAW memiliki implikasi yang sangat luas, antaranya kata Al qadhi ‘Iyadh termasuk tanda mencintai Nabi adalah membela sunnahnya dan menegakkan syariatnya serta ingin bertemu dengannya. Maka untuk mewujudkannya ia akan mengerahkan jiwa dan harta kekayaannya.

Besar kesannya terhadap kehidupan seseorang tatkala dia benar-benar menzahirkan cintanya kepada Rasulullah SAW. Pertamanya, cinta kepada Rasulullah SAW adalah sebuah prinsip aqidah; keislaman seseorang juga ditegaskan dengan prinsip kecintaan ini. Kerapuhan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW adalah kerana kerapuhan aqidah dan keimanan kita kepada Baginda. Justeru persoalan cinta kepada Rasulullah SAW adalah persoalan aqidah. Ini bukan persoalan kecil atau pecisan. Namun mengapa hari ini umat mendahulukan kecintaan kepada yang lain melebihi kecintaan kepada Rasulullah SAW?

Keduanya, cinta kepada Rasulullah SAW akan memberi momentum yang kuat ke arah untuk mengikuti sunnah dan meneladani akhlak Baginda. Hari ini dunia kehilangan peribadi yang soleh sebagaimana yang pernah dijelmakan oleh para sahabat RA saat berguru di bawah madrasah Rasulullah SAW. Mereka menjadi umat contoh dan umat teladan. Hari ini umat seperti hilang arah. Hilang keperibadian sejati sebagai umat Muhammad. Hilang hamasah untuk mencontohi Baginda SAW dalam kehidupan. Formula untuk membangkitkan kekuatan umat adalah dengan segera kembali berguru di madrasah Baginda dengan meneladani Rasulullah SAW sebagai suri teladan dalam segenap kehidupan. Mencontohi, mengikuti Rasulullah SAW dan berjalan di atas manhaj Baginda SAW serta berpegang teguh dan mengamalkan seluruh perkataan dan perbuatan Baginda SAW adalah tanda pertama cintakan Rasulullah SAW. Bahkan orang yang benar-benar mencintai Rasulullah SAW adalah orang yang mengikuti Rasulullah SAW secara zahir dan batin serta selalu menyesuaikan perkataan dan perbuatannya dengan sunnah Rasulullah SAW.

Orang yang mencintai Rasulullah SAW adalah orang yang bersemangat, berpegang teguh dan menghidupkan ajaran Baginda. Ianya dizahirkan dengan mengamalkan sunnahnya, melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya dalam perkataan dan perbuatan serta mendahulukan itu semua daripada hawa nafsu dan kelazatan dunia.

Ketiga, kecintaan kepada Rasulullah SAW mampu menyatukan kembali umat Islam dan membina sikap kebersamaan. Pernah satu saat berlaku pertengkaran di antara para sahabat Ansar dan Muhajirin akibat momokan sang yahudi, namun hati mereka bertaut kembali hasil dari tarbiyah dan kecintaan mereka terhadap Rasulullah SAW.

Hari ini ramai yang membicarakan soal perpaduan bangsa melayu, apakah perjuangannya atas asas kecintaan kepada Allah dan Rasulullah? Sekiranya bukan, makan kesatuan tidak akan terjelma, sebaliknya yang hadir adalah kepentingan masing-masing semata.

Akhirnya, kecintaan kepada Rasulullah SAW akan membawa keberuntungan di akhirat kelak. Siapa yang tidak mahu selamat di akhirat? Justeru bersegeralah membumikan kecintaanmu kepada Rasulullah SAW.

“Katakanlah: “Jika kamu mencintai Allah ikutilah aku (Rasulullah SAW) niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (‘Ali Imran:31)

Semoga kita tergolong dalam golongan umat Muhammad yang menzahirkan dan membumikan cintanya kepada Baginda SAW, amin.

Petikan tulisan penulis di langitilahi.com

Rasulullah: Kerdilnya Cinta Kita


Setelah membaca tulisan Abu Umar di ruangan “Kehidupan” yang mengajak kita semua bermuhasabah hakikat cinta kita kepada Rasulullah SAW. , penulis menjadi “kelu” untuk menulis sesuatu berkenaan Baginda SAW. Justeru penulis merasai betapa masih jauh lagi bukti kecintaan penulis terhadap Baginda SAW. Penulis meminjam kata-kata dari Dr. Ahmad Muhammad al-Hufy. Sebelum beliau menulis tajuk Min akhlak an-Nabiy beliau memulakan tulisannya dengan penuh kerendahan hati,

“Ya, Rasulullah, junjunganku! Apakah kata-kata yang tak berdaya ini mampu mengungkapkan ketinggian dan keluhuranmu? Apakah penaku yang tumpul ini dapat menggambarkan budi pekertimu yang mulia? Bagaimana mungkin setitis air akan sanggup melukiskan samudera yang luas? Bagaimana mungkin sebutir pasir akan mampu menggambarkan gunung yang tinggi? Bagaimana mungkin sepercik cahaya akan dapat bercerita tentang matahari? Sejauh yang dapat dicapai oleh sebuah pena, hanyalah isyarat tentang keluhuran martabatmu, kedudukanmu yang tinggi, dan singgasanamu yang agung.”

Dengan wajah ketundukan, penulis mencari kekuatan menyelami hakikat cinta kepada Rasulullah SAW yang sebenar-benarnya. Hari ini terlalu banyak perisa dan formula-formula cinta yang dicetuskan oleh sang manusia, sehinggakan hakikat cinta kepada junjungan besar kita dikesampingkan atau sekadar mengisi hari-hari tertentu seperti sambutan Maulidur Rasul sahaja. Makin celaru apabila ada pula umat Muhammad yang bangga dan teruja meraikan hari cinta (Valentine Day), sedangkan cintanya kepada Muhammad entah ke mana.

Kita semua boleh mendakwa kita cinta dan kasih Rasulullah SAW, tetapi sejauh manakah pembuktian cinta kita? Cinta menuntut pembuktian nyata! Tidak cukup kalau sekadar berarak dan berselawat pada Hari Maulidur Rasul semata! Cinta tidak cukup sekadar mendakwa kita umat Muhammad semata!

Pembuktian Cinta

Manusia yang mengejar cinta kemanusiaan, mereka bersungguh-sungguh menzahirkan cinta mereka, siang malam asyik teringat sang kekasih yang dicintai, hatta sampai peringkat sedia menjual jiwa dan raga kononnya demi membuktian kecintaan sesama mereka, syara’ atau tidak, kita boleh lihat sendiri contoh yang ada di luar sana. Nampak bahagia, namun hakikatnya mereka bercinta atas asas yang rapuh. Malahan ramai juga yang kecewa akhirnya.

Begitu sekali manusia berusaha membuktikan cinta mereka. Justeru bagaimana pula dengan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW.? Apakah sehebat itu juga atau bagaimana? Apakah mencintai Rasulullah ada persaingan dengan cinta-cinta yang lain? Mencintai Rasulullah SAW merupakan kewajipan bagi setiap muslim dan semuanya mengaku ingin mencintai Baginda, namun tidak semua pengakuan itu benar dan tidak semua keinginan itu baik. Oleh kerana itu diperlukan bukti dan tanda yang dapat dijadikan dalil kebenaran pengakuan cinta kita terhadap Rasulullah SAW. Ini kerana apabila pengakuan tidak dibuktikan dengan dalil yang nyata, maka tentulah ramai manusia membuat kerosakan dan kekacauan dengan pengakuan-pengakuan dusta, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Seandainya manusia diberikan (diterima) semua pengakuannya, tentulah ramai orang yang menuntut darah dan harta orang lain.” (HR: Al-Bukhari)

Cinta kepada sang kekasih Allah SWT ini besar ertinya kepada kita. Suatu ketika, seorang Arab Badwi datang menemui Rasulullah SAW seraya menanyakan tentang hari kiamat. Rasulullah bertanya: “Apa yang telah engkau persiapkan untuk hari itu?” Orang Badwi itu berkata: “Ya Rasulullah, aku tidak memiliki apa-apa, tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Mendengar itu, Rasulullah SAW menjawab, “Anta ma‘a man ahbabta. Engkau bersama orang yang kau cintai.” (HR Bukhari)

Dan Rasulullah SAW ada bersabda lagi:

“Seseorang di antara kamu belum beriman sehingga aku lebih dicintainya daripada kedua orang tua, anaknya dan seluruh manusia.” HR. Bukhari dan Muslim.

Firman Allah SWT:

“Katakanlah: “Jika kamu mencintai Allah ikutilah aku (Rasulullah SAW) niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (‘Ali Imran:31)

Penulis yakin kita semua pernah membaca hadith dan ayat Al Quran di atas. Cabaran utama adalah sejauhmana kita membumikan cinta itu di dalam kehidupan kita. Percintaan yang benar dan sejati akan menterjemahkan cinta itu dalam kehidupan. Kecintaan yang tulus dan mulus akan menerbitkan umat yang kuat dan dinamik. Bukankah begitu gambaran kualiti para sahabat RA yang merupakan model terbaik umat yang paling mencintai nabi junjungan besar. Iman mereka mantap, sahsiah, peribadi dan akhlak mereka ampuh, kehidupan mereka yang sentiasa berusaha membuktikan kecintaan mereka kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. dalam setiap masa dan fasa dakwah Islam. Siapa yang boleh menidakkan teladan kecintaan mereka terhadap Rasulullah SAW? Namun mengapa hari ini umat begitu longlai dan lemah? Apakah kerana kita belum menzahirkan lagi cinta kita kepada Rasulullah SAW?

Rasulullah Mencintai Umatnya

Firman Allah SWT:

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW itu suri teladan yang baik bagimu.” (Al Ahzab:21)

Ketika denyut dan nafas akhir kehidupan Rasulullah SAW. semakin menghampiri Baginda, saat itu Baginda ditemani puteri tercintanya, Fatimah, satu kata terucap dari bibir Baginda, “Ummatii…ummatii…” Sebuah ungkapan kerinduan dan kecintaan yang teramat indah kepada umatnya.

Sejak saat itu, dunia kehilangan manusia terbaik sepanjang sejarah peradaban. Kelam pun menyelimuti seluruh langit. Baginda mengucapkan selamat tinggal sekaligus selamat datang pada generasi yang akan mengikuti millah-nya. Dalam doa-doa di keheningan malam, Rasulullah SAW selalu bermunajat kepada Allah SWT. tentang kerisauan terhadap keadaan umatnya. Dengan rasa takut dan harap, Baginda sentiasa berdoa agar umatnya senantiasa berada di jalan yang diredhai Allah. Baginda tidak rela apabila melihat umatnya ada dalam genggaman syaitan. Namun pernahkah kita sedar dan peka akan perkara ini?

Rasulullah SAW dengan segenap cinta, pengharapan dan kerisauannya, telah memberikan isyarat kepada kita bahawa Baginda sentiasa berfikir akan masa depan umatnya. Lantas, bagaimana dengan kita? Apakah kita juga selalu memikirkan dan meneladani Rasulullah SAW dalam seharian kehidupan kita? Sudahkah kita merasakan pengaruh cinta Rasulullah SAW dalam jiwa kita? Pertanyaan itu akan segera terjawab ketika mengukur kualiti akhlak dan keperibadian kita, serta sejauh mana kita mengenal Rasulullah SAW.

Ketika umat Islam diperintahkan agar mencintai Nabi Muhammad SAW maka itu sama sekali bukan kerana Nabi Muhammad memerlukan cinta umatnya, cinta siapa lagi yang diperlukan padahal Baginda sudah menjadi kekasih Allah? Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk mencintai Baginda, kerana apabila kita mencintai Rasulullah dengan jujur maka insyaAllah sahsiah dan peribadi kita akan sesuai dengan perilaku, sahsiah dan peribadi Baginda.

Momentum Cinta

Cinta kepada Rasulullah SAW memiliki implikasi yang sangat luas, antaranya kata Al qadhi ‘Iyadh termasuk tanda mencintai Nabi adalah membela sunnahnya dan menegakkan syariatnya serta ingin bertemu dengannya. Maka untuk mewujudkannya ia akan mengerahkan jiwa dan harta kekayaannya.

Besar kesannya terhadap kehidupan seseorang tatkala dia benar-benar menzahirkan cintanya kepada Rasulullah SAW. Pertamanya, cinta kepada Rasulullah SAW adalah sebuah prinsip aqidah; keislaman seseorang juga ditegaskan dengan prinsip kecintaan ini. Kerapuhan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW adalah kerana kerapuhan aqidah dan keimanan kita kepada Baginda. Justeru persoalan cinta kepada Rasulullah SAW adalah persoalan aqidah. Ini bukan persoalan kecil atau pecisan. Namun mengapa hari ini umat mendahulukan kecintaan kepada yang lain melebihi kecintaan kepada Rasulullah SAW?

Keduanya, cinta kepada Rasulullah SAW akan memberi momentum yang kuat ke arah untuk mengikuti sunnah dan meneladani akhlak Baginda. Hari ini dunia kehilangan peribadi yang soleh sebagaimana yang pernah dijelmakan oleh para sahabat RA saat berguru di bawah madrasah Rasulullah SAW. Mereka menjadi umat contoh dan umat teladan. Hari ini umat seperti hilang arah. Hilang keperibadian sejati sebagai umat Muhammad. Hilang hamasah untuk mencontohi Baginda SAW dalam kehidupan. Formula untuk membangkitkan kekuatan umat adalah dengan segera kembali berguru di madrasah Baginda dengan meneladani Rasulullah SAW sebagai suri teladan dalam segenap kehidupan. Mencontohi, mengikuti Rasulullah SAW dan berjalan di atas manhaj Baginda SAW serta berpegang teguh dan mengamalkan seluruh perkataan dan perbuatan Baginda SAW adalah tanda pertama cintakan Rasulullah SAW. Bahkan orang yang benar-benar mencintai Rasulullah SAW adalah orang yang mengikuti Rasulullah SAW secara zahir dan batin serta selalu menyesuaikan perkataan dan perbuatannya dengan sunnah Rasulullah SAW.

Orang yang mencintai Rasulullah SAW adalah orang yang bersemangat, berpegang teguh dan menghidupkan ajaran Baginda. Ianya dizahirkan dengan mengamalkan sunnahnya, melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya dalam perkataan dan perbuatan serta mendahulukan itu semua daripada hawa nafsu dan kelazatan dunia.

Ketiga, kecintaan kepada Rasulullah SAW mampu menyatukan kembali umat Islam dan membina sikap kebersamaan. Pernah satu saat berlaku pertengkaran di antara para sahabat Ansar dan Muhajirin akibat momokan sang yahudi, namun hati mereka bertaut kembali hasil dari tarbiyah dan kecintaan mereka terhadap Rasulullah SAW.

Hari ini ramai yang membicarakan soal perpaduan bangsa melayu, apakah perjuangannya atas asas kecintaan kepada Allah dan Rasulullah? Sekiranya bukan, makan kesatuan tidak akan terjelma, sebaliknya yang hadir adalah kepentingan masing-masing semata.

Akhirnya, kecintaan kepada Rasulullah SAW akan membawa keberuntungan di akhirat kelak. Siapa yang tidak mahu selamat di akhirat? Justeru bersegeralah membumikan kecintaanmu kepada Rasulullah SAW.

“Katakanlah: “Jika kamu mencintai Allah ikutilah aku (Rasulullah SAW) niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (‘Ali Imran:31)

Semoga kita tergolong dalam golongan umat Muhammad yang menzahirkan dan membumikan cintanya kepada Baginda SAW, amin.

Petikan tulisan penulis di langitilahi.com

Thursday, February 10, 2011


Semua kita mencari kesempurnaan dalam memiliki cinta. Sang pemuda mencari pemudi yang cantik, menawan, baik hati dan sebagainya. Sang pemudi mencari pemuda yang tampan, romantik, jujur dan seangkatannya. Kesian kepada yang kurang tampan dan kurang cantik. Kerana begitulah lumrah manusia, mahukan yang cantik, menarik dan sempurna.

Terkadang yang cantik sudah bertemu dengan yang tampan, tapi akhirnya cinta hanya sekerat jalan. Kenapa jadi sedemikian? Perhubungan cinta hanya sekadar atas dasar rupa paras? Rasulullah SAW ada bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ahmad:

"Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli."

Cinta juga menuntut pengorbanan. Ada yang sanggup mengorbankan keluarga sendiri demi mengikut pilihan hati. Ada yang sanggup mengorbankan ‘study” untuk bersama kekasih hati. Ada yang sanggup mengorbankan maruah sendiri demi membuktikan cinta sejati. Ada yang sanggup mengorbankan jiwa demi meraih ketuanan cinta. Oh cinta.. penanganmu hebat, membuat manusia gembira, tawa, bahagia, sedih, duka, lara, derita, gila dan sebagainya.

Hari ini penulis mengajak kita belajar cinta dari Abu Utsman, kisahnya ditulis oleh Imam Al Jauzi dalam salah satu kitabnya, Shaidul Khathir. Kisah cinta, rupa paras, pengorbanan, kesetiaan, kesabaran dan kebahagiaan.

Suatu saat, Abu Utsman dikejutkan dengan satu permintaan dari seorang wanita.

“Wahai Abu Utsman,” kata wanita itu, “Sungguh aku mencintaimu.”

Suasana hening sejenak. “Aku memohon, atas nama Allah, agar sudilah kiranya engkau menikahiku,” lanjutnya.

Lelaki yang bernama lengkap Abu Utsman An Naisaburi itu diam. Beliat terkejut sebentar dan terpaku tatkala mendengar perkataan wanita yang datang kepadanya itu. Ia tidak mengenal wanita ini dengan baik. Namun, tiba-tiba saja wanita ini datang menemuinya dan menyatakan rasa cintanya yang dalam kepadanya. Bahkan saat itu pula, atas nama Allah, wanita itu meminta pada Abu Utsman untuk menikahinya.

Abu Utsman diam. Memikirkan keputusan apa yang hendak diambilnya. Sebagai seorang pemuda, ia dihadapkan pada sebuah keputusan besar dalam hidupnya. Sebuah keputusan yang mungkin akan dijalaninya selama lebih dari separuh usianya dan separuh imannya. Selama ini keluarganya senantiasa mendorongnya untuk segera meminang salah seorang wanita solehah di wilayah itu. Namun, ia selalu menolak dorongan dari keluarganya itu hingga hari ini. Maka, sampai sekarang ia masih juga membujang. Ia akan mengambil sebuah keputusan besar dalam hidupnya, termasuk segala akibat dan kesan yang menyertainya.

Abu Utsman kemudian berkunjung ke rumah wanita itu. Ia mendapati orangtua si wanita adalah orang yang miskin. Namun, keputusannya tetaplah bulat untuk meminang si wanita yang datang menyatakan cinta kepadanya itu. Terlebih lagi kerana wanita itu memintanya untuk menikahinya. Ia menyaksikan kebahagiaan yang berlimpah pada raut wajah orangtua si wanita itu saat mendengar bahawa puterinya dipinang oleh Abu Utsman, lelaki yang berilmu, tampan, soleh, penyabar, setia, jujur, tulus, dan terhormat.
Mereka pun akhirnya selamat diijabkalbulkan.

Tahun demi tahun berlalu, hingga akhirnya sang isteri itu meninggal dunia lima belas tahun kemudian. Namun, sejak malam pengantin mereka ada kisah yang baru terungkap setelah kematian sang isteri. “Ketika wanita itu datang menemuiku,” kisahnya, “Barulah aku tahu bahawa matanya juling dan wajahnya sangat jelek dan buruk. Namun, ketulusan cintanya padaku telah menambat hatiku. Aku pun terus duduk dan menyambutnya tanpa sedikit pun mengekspresikan rasa benci dan marah. Semua itu aku lakukan demi menjaga perasaannya. Walaupun aku bagai berada di atas panggang api kemarahan dan kebencian.”

Ah, kita jangan marah pada Abu Utsman yang mengharapkan isteri yang cantik dan sempurna, tetapi kemudian hanya mendapatkan isteri juling dan buruk wajah. Itu merupakan sisi manusiawi dari lelaki yang menginginkan kecantikan dan kesempurnaan sebagai pendamping hidupnya.

“Begitulah ku lalui lima belas tahun dari hidupku bersamanya hingga dia meninggal dunia,” demikian Abu Utsman melebarkan kisahnya. “Maka, tiada amal yang paling kuharapkan pahalanya di akhirat, selain masa-masa lima belas tahun dari kesabaran dan kesetiaanku menjaga perasaannya dan ketulusan cintanya.”

Luarbiasa! Cinta yang luarbiasa terbit dari insane yang luarbiasa. Apakah masih ada kualiti pemuda seperti Abu Utsman ini lagi di abad ke 21 ini? Begitu juga wanita mulia itu, beliau juga luarbiasa. Meskipun sang wanita itu tahu bahawa dia bermata juling, meskipun sia tahu bahawa sia hanya anak orang miskin, meskipun sia tahu bahawa dia bukan wanita berwajah cantik molek, tapi dia memperjuangkan cintanya untuk memiliki orang yang dicintainya itu. Ianya berhasil dan telah bersama mengharungi asam garam kehidupan berkeluarga selama lima belas tahun sehingga maut datang menjemputnya. Abu Utsman membuktikan bahawa ia adalah lelaki yang setia, tulus, sabar, dan senantiasa menjaga perasaan sang isteri yang demikian tulus mencintainya.

Itulah cinta! Cinta yang berpaksikan wahyu, cinta yang diasaskan oleh keimanan kepada Allah SWT. Ianya indah dan bahagia. Semakin indah kerana ianya disertai dengan pengorbanan, kesetiaan, kesabaran dan perjuangan.

Suatu hari ada seorang lelaki datang menemui Amirul Mu’minin Umar Al Khatthab dan berkata : “Saya sudah tidak lagi mencintai isteriku”.

Maka, Umar berkata : “Sesungguhnya sebuah rumah tangga itu tidak cukup dibangunkan berdasarkan cinta semata.”

Engkau benar wahai Amirul Mu’minin, memang tidak selamanya dengan cinta, namun ada pengorbanan, terdapat pengabdian serta ditemukan perjuangan.

“Ya Allah..., aku memohon kepada-Mu kecintaan kepada-Mu, kecintaan kepada orang yang mencintai-Mu, dan aku meminta amalan yang dapat menghantarkan aku kepada cinta-Mu.”

Cinta, Rupa Paras, Pengorbanan, Kesetiaan, Kesabaran dan Kebahagiaan


Semua kita mencari kesempurnaan dalam memiliki cinta. Sang pemuda mencari pemudi yang cantik, menawan, baik hati dan sebagainya. Sang pemudi mencari pemuda yang tampan, romantik, jujur dan seangkatannya. Kesian kepada yang kurang tampan dan kurang cantik. Kerana begitulah lumrah manusia, mahukan yang cantik, menarik dan sempurna.

Terkadang yang cantik sudah bertemu dengan yang tampan, tapi akhirnya cinta hanya sekerat jalan. Kenapa jadi sedemikian? Perhubungan cinta hanya sekadar atas dasar rupa paras? Rasulullah SAW ada bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ahmad:

"Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli."

Cinta juga menuntut pengorbanan. Ada yang sanggup mengorbankan keluarga sendiri demi mengikut pilihan hati. Ada yang sanggup mengorbankan ‘study” untuk bersama kekasih hati. Ada yang sanggup mengorbankan maruah sendiri demi membuktikan cinta sejati. Ada yang sanggup mengorbankan jiwa demi meraih ketuanan cinta. Oh cinta.. penanganmu hebat, membuat manusia gembira, tawa, bahagia, sedih, duka, lara, derita, gila dan sebagainya.

Hari ini penulis mengajak kita belajar cinta dari Abu Utsman, kisahnya ditulis oleh Imam Al Jauzi dalam salah satu kitabnya, Shaidul Khathir. Kisah cinta, rupa paras, pengorbanan, kesetiaan, kesabaran dan kebahagiaan.

Suatu saat, Abu Utsman dikejutkan dengan satu permintaan dari seorang wanita.

“Wahai Abu Utsman,” kata wanita itu, “Sungguh aku mencintaimu.”

Suasana hening sejenak. “Aku memohon, atas nama Allah, agar sudilah kiranya engkau menikahiku,” lanjutnya.

Lelaki yang bernama lengkap Abu Utsman An Naisaburi itu diam. Beliat terkejut sebentar dan terpaku tatkala mendengar perkataan wanita yang datang kepadanya itu. Ia tidak mengenal wanita ini dengan baik. Namun, tiba-tiba saja wanita ini datang menemuinya dan menyatakan rasa cintanya yang dalam kepadanya. Bahkan saat itu pula, atas nama Allah, wanita itu meminta pada Abu Utsman untuk menikahinya.

Abu Utsman diam. Memikirkan keputusan apa yang hendak diambilnya. Sebagai seorang pemuda, ia dihadapkan pada sebuah keputusan besar dalam hidupnya. Sebuah keputusan yang mungkin akan dijalaninya selama lebih dari separuh usianya dan separuh imannya. Selama ini keluarganya senantiasa mendorongnya untuk segera meminang salah seorang wanita solehah di wilayah itu. Namun, ia selalu menolak dorongan dari keluarganya itu hingga hari ini. Maka, sampai sekarang ia masih juga membujang. Ia akan mengambil sebuah keputusan besar dalam hidupnya, termasuk segala akibat dan kesan yang menyertainya.

Abu Utsman kemudian berkunjung ke rumah wanita itu. Ia mendapati orangtua si wanita adalah orang yang miskin. Namun, keputusannya tetaplah bulat untuk meminang si wanita yang datang menyatakan cinta kepadanya itu. Terlebih lagi kerana wanita itu memintanya untuk menikahinya. Ia menyaksikan kebahagiaan yang berlimpah pada raut wajah orangtua si wanita itu saat mendengar bahawa puterinya dipinang oleh Abu Utsman, lelaki yang berilmu, tampan, soleh, penyabar, setia, jujur, tulus, dan terhormat.
Mereka pun akhirnya selamat diijabkalbulkan.

Tahun demi tahun berlalu, hingga akhirnya sang isteri itu meninggal dunia lima belas tahun kemudian. Namun, sejak malam pengantin mereka ada kisah yang baru terungkap setelah kematian sang isteri. “Ketika wanita itu datang menemuiku,” kisahnya, “Barulah aku tahu bahawa matanya juling dan wajahnya sangat jelek dan buruk. Namun, ketulusan cintanya padaku telah menambat hatiku. Aku pun terus duduk dan menyambutnya tanpa sedikit pun mengekspresikan rasa benci dan marah. Semua itu aku lakukan demi menjaga perasaannya. Walaupun aku bagai berada di atas panggang api kemarahan dan kebencian.”

Ah, kita jangan marah pada Abu Utsman yang mengharapkan isteri yang cantik dan sempurna, tetapi kemudian hanya mendapatkan isteri juling dan buruk wajah. Itu merupakan sisi manusiawi dari lelaki yang menginginkan kecantikan dan kesempurnaan sebagai pendamping hidupnya.

“Begitulah ku lalui lima belas tahun dari hidupku bersamanya hingga dia meninggal dunia,” demikian Abu Utsman melebarkan kisahnya. “Maka, tiada amal yang paling kuharapkan pahalanya di akhirat, selain masa-masa lima belas tahun dari kesabaran dan kesetiaanku menjaga perasaannya dan ketulusan cintanya.”

Luarbiasa! Cinta yang luarbiasa terbit dari insane yang luarbiasa. Apakah masih ada kualiti pemuda seperti Abu Utsman ini lagi di abad ke 21 ini? Begitu juga wanita mulia itu, beliau juga luarbiasa. Meskipun sang wanita itu tahu bahawa dia bermata juling, meskipun sia tahu bahawa sia hanya anak orang miskin, meskipun sia tahu bahawa dia bukan wanita berwajah cantik molek, tapi dia memperjuangkan cintanya untuk memiliki orang yang dicintainya itu. Ianya berhasil dan telah bersama mengharungi asam garam kehidupan berkeluarga selama lima belas tahun sehingga maut datang menjemputnya. Abu Utsman membuktikan bahawa ia adalah lelaki yang setia, tulus, sabar, dan senantiasa menjaga perasaan sang isteri yang demikian tulus mencintainya.

Itulah cinta! Cinta yang berpaksikan wahyu, cinta yang diasaskan oleh keimanan kepada Allah SWT. Ianya indah dan bahagia. Semakin indah kerana ianya disertai dengan pengorbanan, kesetiaan, kesabaran dan perjuangan.

Suatu hari ada seorang lelaki datang menemui Amirul Mu’minin Umar Al Khatthab dan berkata : “Saya sudah tidak lagi mencintai isteriku”.

Maka, Umar berkata : “Sesungguhnya sebuah rumah tangga itu tidak cukup dibangunkan berdasarkan cinta semata.”

Engkau benar wahai Amirul Mu’minin, memang tidak selamanya dengan cinta, namun ada pengorbanan, terdapat pengabdian serta ditemukan perjuangan.

“Ya Allah..., aku memohon kepada-Mu kecintaan kepada-Mu, kecintaan kepada orang yang mencintai-Mu, dan aku meminta amalan yang dapat menghantarkan aku kepada cinta-Mu.”

Tuesday, February 08, 2011


Ikhlas adalah satu kata yang sangat mudah diucapkan oleh setiap orang, termasuk orang munafik dan kafir sekalipun. Namun hakikatnya kata inilah yang paling berat dan paling sukar untuk direalisasikan. Terkadang jurudakwah (da’i) mampu menjaga keikhlasan di awal perjalanan, tetapi di tengah perjalanan pelbagai bentuk ujian dan cubaan menghadangnya sehingga dia menjadi mundur, luntur dan jatuh ke lembah sumur riya’ dan ujub. Na’udzubillahi min dzaalik.

Keikhlasan merupakan mutiara teramat mahal yang harus dimiliki setiap mukmin dan para da’i. Mutiara yang harus senantiasa dibersihkan dari pelbagai macam kotoran dan debu. Apatah lagi bagi kepimpinan organisasi dakwah. Jundiyah muthi’ah (ketenteraan yang taat) dan qiyadah mukhlishoh (kepemimpinan yang ikhlas) itulah kedua faktor utama gerakan Islam. Keduanya harus berjalan secara sepadu dan seimbang untuk meraih kejayaan organisasi dakwah di medan kehidupan.


Makna Ikhlas
Menurut Imam Hasan Al Banna dalam menjelaskan ciri ikhlas:

“Yang saya maksud dengan ikhlas adalah seorang al-akh hendaknya mengorientasikan perkataan, perbuatan dan jihadnya kepada Allah; mengharap keredhaan-Nya dan memperoleh pahala-Nya, tanpa memperhatikan keuntungan kebendaan, prestij, pangkat, gelaran, kemajuan atau kemunduran. Dengan itulah ia menjadi tentera fikrah dan aqidah, bukan tentera kepentingan dan yang hanya mencari manfaat dunia.

“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (Al-An’am:162).

Dengan begitu, seorang Al-akh telah memahami makna slogan abadinya: “Allah tujuan kami”. Sungguh Allah Maha Besar dan bagi-Nya segala puji.

Ikhlas adalah menginginkan keredhaan Allah dengan melakukan amal dan membersihkan amal dari pelbagai palutan duniawi. Maka seseorang tidak mencemari amalnya dengan keinginan-keinginan jiwa yang bersifat sementara, seperti menginginkan keuntungan, kedudukan, harta, populariti, tempat di hati manusia, pujian dari mereka, menghindari cercaan dari mereka, menghindari bisikan nafsu, atau penyakit-penyakit dan palutan-palutan lainnya yang dapat dipadukan dalam satu kalimat, iaitu melakukan amal untuk selain Allah, apapun bentuknya.

Ikhlas dengan pengertian seperti itu merupakan salah satu buah dari kesempurnaan tauhid, iaitu mengesakan Allah dalam beribadah. Oleh kerana itu, riya’ yang merupakan lawan dari ikhlas dianggap kesyirikan.

Syaddad bin Aus berkata: “Di masa Rasulullah SAW, kami menganggap riya’ sebagai syirik kecil”. Majmu az-zawaid, kitab Az-Zuhdi, bab “Majaahurriya, jilid 10 hal. 225

Rukun Amal
Setiap amal soleh tidak diterima oleh Allah SWT kecuali jika terpenuhi dua rukun iaitu; keikhlasan dan lurusnya niat, dan yang kedua sejalan dengan sunnah dan syariat.

Dengan rukun pertama akan tercapai kesolehan batin, sedangkan rukun kedua merupakan kesolehan lahir.

Tentang rukun yang pertama, Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya amal-amal itu (dinilai) dengan niatnya”. (Fathul bari: 1/5. No. 1) hadits ini merupakan kayu ukur suasana batin manusia.

Sedang tentang rukun kedua, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang melakukan sesuatu amalan bukan atas perintahku, maka ia tertolak”. (Muslim: 3/1343, no. 1718). Ertinya, amalnya dikembalikan kepada pelakunya (tidak diterima). Dan, ini merupakan kayu ukur batin.

Allah SWT menggabungkan dua rukun tersebut dalam beberapa ayat-Nya di dalam Al-Qur’an. Antara lain, Allah SWT berfirman:

“Dan Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang Dia orang yang berbuat kebaikan, Maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kukuh. dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan”. (Luqman:22)


Ikhlas dan Syara’
Fudhail bin Iyadh berkata tentang firman Allah: “Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”. (Al-Mulk:2) yang dimaksud dengan lafazh ahsanu amalan adalah yang paling ikhlas dan paling tepat. Ditanyakan kepadanya apa yang dimaksud paling ikhlas dan paling tepat wahai Abu Ali (nama panggilan Fudhail), ? ia menjawab:

“Sesungguhnya, suatu amal itu bila dilakukan dengan ikhlas tetap tidak tepat, maka tidak diterima oleh Allah, dan bila dilakukan secara tepat tetapi tidak ikhlas, maka tidak diterima (oleh Allah). Amal tidak diterima sehingga dilakukan dengan ikhlas dan tepat. Yang dimaksud ikhlas adalah menjadikan amal untuk Allah, sedangkan tepat adalah sesuai dengan sunnah (Rasulullah SAW).” Kemudian Fudhail membaca firman Allah SWT:

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang soleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”. (Al-Kahfi:110)

‘Allahu Ghayaatunaa‘
Justeru, marilah kita meluruskan hati kita dengan sentiasa memelihara keikhlasan dala setiap amal dan tindakan kita. Marilah kita mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihad kita hanya untuk Allah, mengharap redha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, sebutan, pujian, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian, insyaAllah kita akan menjadi amilin (pekerja islam) fikrah dan akidah, bukan amilin dunia dan kepentingan.

Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.”

Hanya yang memiliki karakter seperti itulah yang layak membawa semboyan ‘Allahu Ghayaatunaa‘, Allah tujuan kami, dalam setiap amal, tindakan, perbuatan dan usaha dakwahnya.

‘Allahu Ghayaatunaa‘


Ikhlas adalah satu kata yang sangat mudah diucapkan oleh setiap orang, termasuk orang munafik dan kafir sekalipun. Namun hakikatnya kata inilah yang paling berat dan paling sukar untuk direalisasikan. Terkadang jurudakwah (da’i) mampu menjaga keikhlasan di awal perjalanan, tetapi di tengah perjalanan pelbagai bentuk ujian dan cubaan menghadangnya sehingga dia menjadi mundur, luntur dan jatuh ke lembah sumur riya’ dan ujub. Na’udzubillahi min dzaalik.

Keikhlasan merupakan mutiara teramat mahal yang harus dimiliki setiap mukmin dan para da’i. Mutiara yang harus senantiasa dibersihkan dari pelbagai macam kotoran dan debu. Apatah lagi bagi kepimpinan organisasi dakwah. Jundiyah muthi’ah (ketenteraan yang taat) dan qiyadah mukhlishoh (kepemimpinan yang ikhlas) itulah kedua faktor utama gerakan Islam. Keduanya harus berjalan secara sepadu dan seimbang untuk meraih kejayaan organisasi dakwah di medan kehidupan.


Makna Ikhlas
Menurut Imam Hasan Al Banna dalam menjelaskan ciri ikhlas:

“Yang saya maksud dengan ikhlas adalah seorang al-akh hendaknya mengorientasikan perkataan, perbuatan dan jihadnya kepada Allah; mengharap keredhaan-Nya dan memperoleh pahala-Nya, tanpa memperhatikan keuntungan kebendaan, prestij, pangkat, gelaran, kemajuan atau kemunduran. Dengan itulah ia menjadi tentera fikrah dan aqidah, bukan tentera kepentingan dan yang hanya mencari manfaat dunia.

“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (Al-An’am:162).

Dengan begitu, seorang Al-akh telah memahami makna slogan abadinya: “Allah tujuan kami”. Sungguh Allah Maha Besar dan bagi-Nya segala puji.

Ikhlas adalah menginginkan keredhaan Allah dengan melakukan amal dan membersihkan amal dari pelbagai palutan duniawi. Maka seseorang tidak mencemari amalnya dengan keinginan-keinginan jiwa yang bersifat sementara, seperti menginginkan keuntungan, kedudukan, harta, populariti, tempat di hati manusia, pujian dari mereka, menghindari cercaan dari mereka, menghindari bisikan nafsu, atau penyakit-penyakit dan palutan-palutan lainnya yang dapat dipadukan dalam satu kalimat, iaitu melakukan amal untuk selain Allah, apapun bentuknya.

Ikhlas dengan pengertian seperti itu merupakan salah satu buah dari kesempurnaan tauhid, iaitu mengesakan Allah dalam beribadah. Oleh kerana itu, riya’ yang merupakan lawan dari ikhlas dianggap kesyirikan.

Syaddad bin Aus berkata: “Di masa Rasulullah SAW, kami menganggap riya’ sebagai syirik kecil”. Majmu az-zawaid, kitab Az-Zuhdi, bab “Majaahurriya, jilid 10 hal. 225

Rukun Amal
Setiap amal soleh tidak diterima oleh Allah SWT kecuali jika terpenuhi dua rukun iaitu; keikhlasan dan lurusnya niat, dan yang kedua sejalan dengan sunnah dan syariat.

Dengan rukun pertama akan tercapai kesolehan batin, sedangkan rukun kedua merupakan kesolehan lahir.

Tentang rukun yang pertama, Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya amal-amal itu (dinilai) dengan niatnya”. (Fathul bari: 1/5. No. 1) hadits ini merupakan kayu ukur suasana batin manusia.

Sedang tentang rukun kedua, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang melakukan sesuatu amalan bukan atas perintahku, maka ia tertolak”. (Muslim: 3/1343, no. 1718). Ertinya, amalnya dikembalikan kepada pelakunya (tidak diterima). Dan, ini merupakan kayu ukur batin.

Allah SWT menggabungkan dua rukun tersebut dalam beberapa ayat-Nya di dalam Al-Qur’an. Antara lain, Allah SWT berfirman:

“Dan Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang Dia orang yang berbuat kebaikan, Maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kukuh. dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan”. (Luqman:22)


Ikhlas dan Syara’
Fudhail bin Iyadh berkata tentang firman Allah: “Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”. (Al-Mulk:2) yang dimaksud dengan lafazh ahsanu amalan adalah yang paling ikhlas dan paling tepat. Ditanyakan kepadanya apa yang dimaksud paling ikhlas dan paling tepat wahai Abu Ali (nama panggilan Fudhail), ? ia menjawab:

“Sesungguhnya, suatu amal itu bila dilakukan dengan ikhlas tetap tidak tepat, maka tidak diterima oleh Allah, dan bila dilakukan secara tepat tetapi tidak ikhlas, maka tidak diterima (oleh Allah). Amal tidak diterima sehingga dilakukan dengan ikhlas dan tepat. Yang dimaksud ikhlas adalah menjadikan amal untuk Allah, sedangkan tepat adalah sesuai dengan sunnah (Rasulullah SAW).” Kemudian Fudhail membaca firman Allah SWT:

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang soleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”. (Al-Kahfi:110)

‘Allahu Ghayaatunaa‘
Justeru, marilah kita meluruskan hati kita dengan sentiasa memelihara keikhlasan dala setiap amal dan tindakan kita. Marilah kita mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihad kita hanya untuk Allah, mengharap redha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, sebutan, pujian, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian, insyaAllah kita akan menjadi amilin (pekerja islam) fikrah dan akidah, bukan amilin dunia dan kepentingan.

Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.”

Hanya yang memiliki karakter seperti itulah yang layak membawa semboyan ‘Allahu Ghayaatunaa‘, Allah tujuan kami, dalam setiap amal, tindakan, perbuatan dan usaha dakwahnya.

Tuesday, February 01, 2011


Pada Januari lepas, penulis dijemput menyampaikan satu ceramah kepimpinan kepada barisan kepimpinan SMU (A) Muhammadi (L) Kota Bharu Kelantan. Penulis diminta mengupas sikap profesionalisme Rasulullah SAW sebagai pemimpin contoh. Sejumlah “15 i” yang mewakili intipati profesionalisme kepimpinan Rasulullah SAW yang boleh kita pelajari dan amalkan untuk menjadi pemimpin yang wibawa dan dihormati. InsyaAllah akan penulis kupas di tulisan mendatang. Pada tulisan kali ini penulis mahu memberi respon kepada 1 soalan dari seorang peserta yang bertanyakan bagaimanakah dia boleh memperbaiki pengucapan awamnya kerana dia amat berminat dalam memberi ceramah motivasi dan bimbingan. Berikut penulis kongsikan 10 tips Untuk Memantapkan Pengucapan Awam, semoga bermanfaat.

1. Tahu apa tajuk, isi kandungan, bahan-bahan dan sebagainya yang hendak disampaikan. Pilihlah tajuk yang anda minati, fasih, faham dan menguasai. Jangan cuba menjadi penceramah serba tahu. Cuba dapatkan lebih lanjut huraian tajuk, buat “homework” tajuk tersebut, ianya akan membantu anda untuk memantapkan bahan penyampaian anda. Pelbagaikan bentuk dan isi kandungan penyampaian, ada humor, cerita peribadi dan bahasa percakapan, kisah seseorang yang boleh dijadikan teladan, video yang bersesuaian, gambar dan sebagainya - dengan cara itu ia akan dapat membantu anda untuk mengingat dan menyusun bahan penyampaian anda dengan lebih menarik.

2. Latihan, Latihan, Latihan! Sentiasa berlatih, samada berseorangan dengan suara perlahan atau kuat, mahupun bersama rakan. Kemudian buat penilaian, baiki dan catat apa yang lemah dan perlu diperbaiki. Cuba kuasai setiap sub topik, recall apa isi penting yang hendak disampaikan dalam setiap sub topik. Amalkan pendekatan berhenti sejenak dan bernafas dengan tenang. Sentiasa berlatih dengan ambil kira perjalanan masa agar kelak penyampaian anda tidak terlalu panjang atau terkejar-kejar masa.

3. Visualisasikan diri anda dalam menyampaikan ceramah atau pidato anda. Bayangkan diri anda bercakap, suara lantang, jelas dan penuh keyakinan diri. Visualisasikan para pendengar bertepuk tangan, tersenyum dan sentiasa memandang anda tanda mereka gembira, berminat dan terfokus kepada penyampaian anda, ini akan meningkatkan rasa percaya dan yakin pada diri anda.

4. Sentiasa tiba awal di lokasi program. Berjalan di sekitar kawasan program, bersembang-sembang dengan urusetia program dan bertanya soalan berkenaan latarbelakang peserta, apa aktiviti yang telah dibuat sebelum ini dan sebagainya. Buat cubaan mikrofon dan alat bantu visual agar tidak berlaku gangguan ditengah sesi penyampaian anda kelak.

5. Kenali siapa audien atau pendengar anda. Menyapa beberapa peserta atau pendengar apabila memulakan bicara, bertanya khabar, memanggil mereka dengan panggilan yang menarik seperti adik-adik sayang, adik-adik kasih dan sebagainya. Lemparkan senyuman. Pandang wajah-wajah mereka terutama wajah yang menyenangi hati melihatnya.

6. Tenang. Mulailah dengan doa, zikir dan selawat di dalam hati. Ambil masa anda untuk menenangkan saraf anda. Duduk dengan kemas, berdiri dengan betul, berjalan dengan tertib. Lemparkan senyuman, tutur sepatah demi sepatah, jangan terlalu laju bercakap, pindahkan rasa gementar kepada ketenangan dengan bersembang dan bertanya khabar/soalan kepada peserta.

7. Sedarilah bahawa mereka yang mendengar inginkan anda berjaya menyampaikan sesuatu yang terbaik untuk mereka. Audien ingin anda berjaya menarik perhatian mereka, menstimulasi minda, emosi dan sikap mereka, memberi maklumat dan tips yang berguna dan menghiburkan hati mereka. Mereka yakin kepada anda. Maka anda tidak perlu risau, sampaikan kepada mereka dengan yang terbaik.

8. Beri tumpuan pada mesej yang anda mahu sampaikan. Jangan sampai hilang arah atau terlalu banyak bercerita perkara-perkara di luar tajuk / sub topic. Jangan biarkan penonton hilang arah penceritaan dalam penyampaian anda, sentiasa menarik focus audien setiap kali memulakan sub topik.

9. Tingkatkan dan timba pengalaman. Pengalaman membina rasa percaya diri, yang merupakan kunci untuk mampu memberi ceramah dengan lebih berkesan. Jangan segan silu ikut siri program pelatihan pengucapan awam, ianya akan membantu anda.

10. Jangan jemu-jemu bermunajat dan berserah diri kepada Allah, luruskan niat bahawa kita melaksanakan pengucapan awam ini adalah dalam proses melaksanakan tuntutan dakwah. Bukan mencari nama, populariti dan mencari duit tambah. Jangan bergantung semata kepada bakat dan kebolehan, sebaliknya tawadhu’lah di hadapan Allah yang sesungguhnya Dia-lahpenganugerah potensiserta kemahiran yang kita bina dan miliki. Maka sebagai imbal baliknya, sampaikan penyampaian / ceramah anda semata-mata mencari keredhaan Allah dan pahala dari Allah SWT.

10 Tips Belajar Pengucapan Awam


Pada Januari lepas, penulis dijemput menyampaikan satu ceramah kepimpinan kepada barisan kepimpinan SMU (A) Muhammadi (L) Kota Bharu Kelantan. Penulis diminta mengupas sikap profesionalisme Rasulullah SAW sebagai pemimpin contoh. Sejumlah “15 i” yang mewakili intipati profesionalisme kepimpinan Rasulullah SAW yang boleh kita pelajari dan amalkan untuk menjadi pemimpin yang wibawa dan dihormati. InsyaAllah akan penulis kupas di tulisan mendatang. Pada tulisan kali ini penulis mahu memberi respon kepada 1 soalan dari seorang peserta yang bertanyakan bagaimanakah dia boleh memperbaiki pengucapan awamnya kerana dia amat berminat dalam memberi ceramah motivasi dan bimbingan. Berikut penulis kongsikan 10 tips Untuk Memantapkan Pengucapan Awam, semoga bermanfaat.

1. Tahu apa tajuk, isi kandungan, bahan-bahan dan sebagainya yang hendak disampaikan. Pilihlah tajuk yang anda minati, fasih, faham dan menguasai. Jangan cuba menjadi penceramah serba tahu. Cuba dapatkan lebih lanjut huraian tajuk, buat “homework” tajuk tersebut, ianya akan membantu anda untuk memantapkan bahan penyampaian anda. Pelbagaikan bentuk dan isi kandungan penyampaian, ada humor, cerita peribadi dan bahasa percakapan, kisah seseorang yang boleh dijadikan teladan, video yang bersesuaian, gambar dan sebagainya - dengan cara itu ia akan dapat membantu anda untuk mengingat dan menyusun bahan penyampaian anda dengan lebih menarik.

2. Latihan, Latihan, Latihan! Sentiasa berlatih, samada berseorangan dengan suara perlahan atau kuat, mahupun bersama rakan. Kemudian buat penilaian, baiki dan catat apa yang lemah dan perlu diperbaiki. Cuba kuasai setiap sub topik, recall apa isi penting yang hendak disampaikan dalam setiap sub topik. Amalkan pendekatan berhenti sejenak dan bernafas dengan tenang. Sentiasa berlatih dengan ambil kira perjalanan masa agar kelak penyampaian anda tidak terlalu panjang atau terkejar-kejar masa.

3. Visualisasikan diri anda dalam menyampaikan ceramah atau pidato anda. Bayangkan diri anda bercakap, suara lantang, jelas dan penuh keyakinan diri. Visualisasikan para pendengar bertepuk tangan, tersenyum dan sentiasa memandang anda tanda mereka gembira, berminat dan terfokus kepada penyampaian anda, ini akan meningkatkan rasa percaya dan yakin pada diri anda.

4. Sentiasa tiba awal di lokasi program. Berjalan di sekitar kawasan program, bersembang-sembang dengan urusetia program dan bertanya soalan berkenaan latarbelakang peserta, apa aktiviti yang telah dibuat sebelum ini dan sebagainya. Buat cubaan mikrofon dan alat bantu visual agar tidak berlaku gangguan ditengah sesi penyampaian anda kelak.

5. Kenali siapa audien atau pendengar anda. Menyapa beberapa peserta atau pendengar apabila memulakan bicara, bertanya khabar, memanggil mereka dengan panggilan yang menarik seperti adik-adik sayang, adik-adik kasih dan sebagainya. Lemparkan senyuman. Pandang wajah-wajah mereka terutama wajah yang menyenangi hati melihatnya.

6. Tenang. Mulailah dengan doa, zikir dan selawat di dalam hati. Ambil masa anda untuk menenangkan saraf anda. Duduk dengan kemas, berdiri dengan betul, berjalan dengan tertib. Lemparkan senyuman, tutur sepatah demi sepatah, jangan terlalu laju bercakap, pindahkan rasa gementar kepada ketenangan dengan bersembang dan bertanya khabar/soalan kepada peserta.

7. Sedarilah bahawa mereka yang mendengar inginkan anda berjaya menyampaikan sesuatu yang terbaik untuk mereka. Audien ingin anda berjaya menarik perhatian mereka, menstimulasi minda, emosi dan sikap mereka, memberi maklumat dan tips yang berguna dan menghiburkan hati mereka. Mereka yakin kepada anda. Maka anda tidak perlu risau, sampaikan kepada mereka dengan yang terbaik.

8. Beri tumpuan pada mesej yang anda mahu sampaikan. Jangan sampai hilang arah atau terlalu banyak bercerita perkara-perkara di luar tajuk / sub topic. Jangan biarkan penonton hilang arah penceritaan dalam penyampaian anda, sentiasa menarik focus audien setiap kali memulakan sub topik.

9. Tingkatkan dan timba pengalaman. Pengalaman membina rasa percaya diri, yang merupakan kunci untuk mampu memberi ceramah dengan lebih berkesan. Jangan segan silu ikut siri program pelatihan pengucapan awam, ianya akan membantu anda.

10. Jangan jemu-jemu bermunajat dan berserah diri kepada Allah, luruskan niat bahawa kita melaksanakan pengucapan awam ini adalah dalam proses melaksanakan tuntutan dakwah. Bukan mencari nama, populariti dan mencari duit tambah. Jangan bergantung semata kepada bakat dan kebolehan, sebaliknya tawadhu’lah di hadapan Allah yang sesungguhnya Dia-lahpenganugerah potensiserta kemahiran yang kita bina dan miliki. Maka sebagai imbal baliknya, sampaikan penyampaian / ceramah anda semata-mata mencari keredhaan Allah dan pahala dari Allah SWT.

Penulis berhajat untuk memberi respon kepada beberapa pertanyaan yang diterima dari email dan FB penulis berkenaan tuntutan menutup aurat dan berjilbab bagi seorang wanita. Masih ramai lagi kalangan wanita muslim kita yang masih terkeliru dan tidak faham akan tuntutan tersebut, bahkan ada yang menganggap menutup aurat dan berjilbab adalah sebagai satu fesyen semasa dalam kehidupan mereka sebagai seorang hamba kepada Allah SWT.

Penulis yakin sebagai seorang wanita yang beriman, urusan menutup aurat dan berjilbab dengan sempurna sepertimana yang dikehendaki oleh Allah SWT seharusnya telah kita fahami dan laksanakan, hanya mereka-mereka yang tidak yakin akan hari pertemuan di akhirat kelak yang masih enggan atau berat hati untuk melaksanakannya.

“Jangan nilai pada penampilan dan pakaian kami, sedangkan hati kami baik dan ikhlas.”

Itulah jawapan yang biasa diungkapkan oleh mereka yang merasa tidak senang apabila ada yang memandang serong tatkala mereka tidak menutup aurat dan tidak memakai jilbab. Alangkah baiknya sekiranya mereka mengambil nilaian Allah SWT sebagai prinsip dan kayu pengukur jatidiri mereka sebagai muslimah. Firman Allah SWT yang bermaksud:

“Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani.” (Al-Ahzab : ayat 59)

Wahai wanita-wanita di luar sana, inilah ukuran hati dan keikhlasan kita kepada Allah SWT. Fahami, hayati dan ambillah tindakan segera dengan memperbaiki cara pandang kita akan tuntutan menutup aurat. Dan janganlah jadikan akal dan hawa nafsu sebagai dalil keikhlasan dan kebersihan hati kita., lantas menghalalkan diri kita untuk tidak menutup aurat.

Jumhur ‘ulama bersepakat; aurat wanita meliputi seluruh tubuh, kecuali muka dan kedua telapak tangan. Dalilnya adalah firman Allah SWT:

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”(al-Nuur:31).

Apa yang menghalang para wanita Islam dari menutup aurat dan berjilbab? Penulis memetik tulisan Dr. Huwayda Ismaeel yang mengulas dengan baik sekali tajuk “Top Ten Excuses Of Muslim Women Who Don't wear Hijab”.

ALASAN 1 : Saya belum benar-benar yakin akan fungsi/manfaat menutup aurat

Kami kemudian menanyakan dua pertanyaan kepada saudari ini; Pertama,apakah ia benar-benar percaya dan mengakui kebenaran agama Islam?Dengan yakin ia berkata, Ya, sambil kemudian mengucap Laa Ilaa haIllallah! Yang menunjukkan ia taat pada aqidahnya dan Muhammadanrasullullah! Yang menyatakan ia taat pada syariahnya. Dengan begitu yakin ia akan Islam beserta seluruh hukumnya.

Kedua, kami menanyakan;Bukankah menutup aurat termasuk hukum dalam Islam? Apabila saudari ini jujur dan tulus dalam ke-Islamannya, ia akan berkata; Ya, itu adalah sebahagian dari hukum Islam yang terdapat di dalam Al-Quran yang suci dan merupakan sunnah Rasulullah SAW yang suci. Jadi kesimpulannya disini,apabila saudari percaya akan Islam dan meyakininya, mengapa ia tidak melaksanakan hukum dan perintahnya?

ALASAN 2 : Saya yakin akan pentingnya menutup aurat namun Ibu saya melarangnya, dan apabila saya melanggar arahan ibu, saya akan masuk neraka.

Yang telah menjawab hal ini adalah ciptaan Allah Azza wa Jalla termulia, Rasulullah SAW dalam nasihatnya yang sangat bijaksana;

"Tiada kepatuhan kepada suatu ciptaan diatas kepatuhan kepada Allah SWT." (Riwayat Ahmad)

Sesungguhnya, status ibu bapa dalam Islam, berada dalam posisi yang sangat tinggi dan terhormat. Dalam sebuah ayat disebutkan;

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan- Nya dengan esuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang Ibu Bapa . . "(An-Nisa:36).

Kepatuhan terhadap orangtua tidak terbatas kecuali dalam satu aspek, iaitu apabila berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah SWT. Allah berfirman;

" dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…(Luqman : 15)

Berlaku tidak patuh terhadap orang tua dalam menjalani perintah Allah SWT tidaklah menyebabkan kita boleh berbuat sesuka hati kita terhadap mereka.Kita tetap harus hormat dan menyayangi mereka sepenuhnya. Allah berfirman di ayat yang sama;

"dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.”

Kesimpulannya, bagaimana mungkin kamu mematuhi ibumu namun melanggar Allah SWT yang menciptakan kamu dan ibumu.

ALASAN 3 : Keadaan dan persekitaran saya tidak membolehkan saya menutup aurat.

Untuk alasan seperti ini ada dua maksud yang boleh kita fahami: dia tulus dan jujur,atau sebaliknya, ia sekadar memberikan alasan yang mengatasnamakan lingkungan pekerjaan dan keadaannya untuk tidak menutup aurat. Kita akan memulai dengan menjawab bahawa dia adalah wanita yang tulus dan jujur.

"Apakah anda tidak tidak menyedari saudariku tersayang, bahawa wanita muslim tidak diperbolehkan untuk meninggalkan rumah tanpa menutupi auratnya dengan hijab dan adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk mengetahuinya? Apabila engkau, saudariku, menghabiskan banyak waktu dan tenagamu untuk melakukan dan mempelajari pelbagai lautan keilmuan dan cabaran kehidupan di dunia ini, bagaimana mungkin engkau dapat membiarkan sedemikian mudah dirimu tidak mempelajari hal-hal yang akan menyelamatkanmu dari kemarahan Allah dan azab kematianmu kelak?" Bukankah Allah SWT telah berfirman;

"maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui”. (An-Nahl : 43).

Belajarlah untuk mengetahui hikmah menutup auratmu. Apabila engkau harus keluar dari rumahmu, tutupilah auratmu dengan berjilbab, carilah kesenangan Allah SWT daripada kesenangan syaitan. Kerana kejahatan dapat berawal dari pandangan yang memabukkan dari seorang wanita.

Saudariku tersayang, apabila kau benar-benar jujur dan tulus dalam menjalani kehidupan, kau akan menemukan ribuan tangan kebaikan siap membantumu, dan Allah SWT dengan izin-Nya akan mempermudahkan segala permasalahan untukmu. Bukankah Allah SWT telah berfirman;

"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. ."(At-Talaq :2-3).

Kedudukan dan kehormatan adalah sesuatu yang ditentukan oleh Allah SWT. Ianya tidak bergantung pada kemewahan pakaian yang kita kenakan, warna yang menyerlah , dan mengikuti trend fesyen yang sedang dipopularkan. Kehormatan dan kedudukan lebih kepada bersikap patuh pada Allah SWT dan Rasul-Nya SAW, dan bergantung pada hukum Allah SWT yang murni. Dengarkanlah kalimat Allah;

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu.."(Al-Hujurat:13).

Kesimpulannya, lakukanlah sesuatu dengan mencari kesenangan dan keredhaan Allah SWT semata.

ALASAN 4 : Cuaca di di daerah saya amatlah panas dan saya tidak dapat menahannya. Bagaimana mungkin saya dapat mengatasinya apalagi jika saya menutup aurat.

Allah SWT memberikan perumpamaan dengan mengatakan;
"api neraka jahannam itu lebih lebih sangat panas(nya) jikalau mereka mengetahui.. "(At-Taubah : 81)

Bagaimana mungkin kamu dapat membandingkan panas di daerahmu dengan panas di neraka jahannam?

Sesungguhnya saudariku, syaitan telah mencuba memasang jeratnya untuk menarik dirimu menuju ke dalam api neraka yang panasnya tidak dapat dibayangkan oleh akal manusia. Bebaskan dirimu dari jeratan syaitai dan cubalah untuk melihat panasnya matahari sebagai anugerah, bukan kesengsaraan. Apatah lagi mengingatkan bahawa hukuman dari Allah SWT akan jauh lebih berat dari apa yang kau rasakan sekarang di dunia fana ini. Kembalilah pada hukum Allah SWT dan berlindunglah dari hukuman-Nya, sebagaimana tercantum dalam ayat; "mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah"(An-Naba: 24-25). Kesimpulannya, syurga yang Allah SWT janjikan penuh dengan cubaan dan ujian. Sementara jalan menuju neraka penuh dengan kesenangan, nafsu dan kenikmatan.

ALASAN 5 : Saya takut, bila saya memakai jilbab dan memnutup aurat sekarang, di lain hari saya akan melepasnya kembali, kerana saya melihat ramai sekali wanita yang berbuat sedemikian.

Kepada saudari itu saya berkata, "apabila semua orang mengaplikasikan logika anda tersebut, mereka akan meninggalkan seluruh kewajibannya pada akhirnya nanti! Mereka akan meninggalkan solat lima waktu kerana mereka takut tidak dapat melaksanakan satu saja waktu solat itu. Mereka akan meninggalkan puasa di bulan ramadhan, kerana mereka tekut tidak dapat menunaikan satu hari puasa di bulan ramadhan, dan seterusnya.

Tidakkah kamu melihat bagaimana syaitan telah memerangkapmu lagi dan menghalang petunjuk bagimu? Allah SWT menyukai ketaatan yang tetap istiqamah walaupun hanya suatu ketaatan yang sangat kecil yang dilakukan. Lalu bagaimana dengan sesuatu yang benar-benar diwajibkan sebagaimana kewajiban menutup aurat? Rasulullah SAW bersabda;

"Perbuatan yang paling dicintai Allah adalahperbuatan mulia yang terus menerus, yang mungkin orang lain anggap kecil."

Mengapa kamu saudariku, tidak melihat alasan mereka yang dibuat-buat untuk menanggalkan kembali jilbab dan aurat mereka dan berusahalah menjauhi mereka? Mengapa tidak kau buka tabir kebenaran dan berpegang teguh pada_Nya? Allah SWT sesungguhnya telah berfirman;

"Maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu,dan bagi mereka yang datang di masa kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa". ( Al Baqarah:66)

Kesimpulannya,apabila kau memegang teguh kepada petunjuk (Al Quran & Hadith) dan merasakan manisnya keimanan,engkau tidak akan meninggalkan sekali pun perintah Allah SWT setelah engkau melaksanakannya.

ALASAN 6 : Apabila saya menutup aurat dan memakai jilbab, maka jodoh saya akan sulit, jadi saya akan memakainya setelah menikah nanti.

Saudariku, suami mana pun yang lebih menyukai engkau tidak memakai jilbab, menutup aurat dan membiarkan auratmu di pertontonkan kehadapan umum, bererti dia tidak mengindahkan hukum dan perintah Allah SWT dan bukanlah suami yang berharga dan dapat menyelamatkan imanmu dan akhiratmu. Dia adalah suami yang tidak memiliki perasaan untuk melindungi dan menjaga perintah Allah SWT, dan jangan pernah berharap suami jenis seperti ini akan menolongmu dari menjauhi api neraka, apalagi memimpinmu memasuki syurga Allah SWT. Sebuah rumah yang dipenuhi dengan ketidak-taatan kepada Allah SWT, akan selalu menghadapi kepedihan dan kehinaan di dunia lagi dan bahkan di akhirat pasti. Allah SWT berfirman;

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta" (Taha:124)

Perkahwinan adalah sebuah anugerah dan keberkahan dari Allah SWT kepada siapa saja yang IA kehendaki. Tahukah anda berapa ramai wanita yang ternyata selepas menikah masih tidak memakai jilbab dan menutup aurat?

Apabila kau, saudariku tersayang, mengatakan bahawa dengan tidak menutup aurat pada zaman kini adalah suatu jalan menuju sesuatu yang murni, asli, iaitu pernikahan, itu tidak benar. Saudariku,suatu tujuan yang murni, tidak akan tercapai melalui jalan yang tidak murni dan kotor dalam Islam. Apabila tujuannya bersih dan murni, serta terhormat, maka jalan menuju ke sana pastilah harus dicapai dengan bersih dan murni pula. Dalam syariat Islam kita menyebutnya:

“Alat atau jalan untuk mencapai sesuatu, tergantung dari peraturan yang ada untuk mencapai tujuan tersebut.”

Kesimpulannya, tidak ada keberkahan dari suatu perkahwinan yang didasari oleh dosa dan kejahilan dalam memahami tuntutan agamanya..

ALASAN 7 : Saya tidak memakai jilbab dan menutup aurat berdasarkan perkataan Allah SWT :

"dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)" (Ad-Dhuhaa: 11).

Bagaimana mungkin saya menutupi anugerah Allah berupa kulit mulus dan rambutku yang indah?

Jadi saudari kita ini merujuk pada Kitab Allah dan memahaminya dengan kefahaman sendiri ! Ia meninggalkan tafsir sesungguhnya dibelakang ayat itu apabila perkara itu tidak menyenangkannya. Apabila yang saya katakan ini salah, mengapa saudari kita ini tidak mengikuti ayat :

"janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang nampak daripadanya" (An-Nur : 31)

Dan firman Allah SWT:

“Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani.” (Al-Ahzab : ayat 59)

Dengan pernyataan darimu itu,saudariku, engkau telah membuat syariah sendiri bagi dirimu, yang sesungguhnya telah dilarang oleh Allah SWT. Anugerah terbesar Allah SWT kepada kita adalah iman dan hidayah, yang di antaranya jalan kita mensyukurinya adalah dengan menutup aurat dan berjilbab. Mengapa kamu tidak mempelajari dan menelaah anugerah terbesar bagimu ini? Kesimpulannya, apakah ada anugerah dan pertolongan terhadap wanita yang lebih besar daripada petunjuk Allah dan mewajibkan kamu berjilbab dan menutup aurat?

ALASAN 8 : Saya tahu bahawa menutup aurat adalah kewajiban, tetapi saya akan melaksanakannya apabila saya sudah merasa terpanggil dan diberi petunjuk oleh-Nya.

Saya bertanya kepada saudariku ini, rancangan atau langkah apa yang ia lakukan selama menunggu hidayah, petunjuk dari Allah SWT seperti yang dia katakan? Kita mengetahui bahawa Allah SWT dalam kalimat-kalimat bijak-Nya menciptakan sebab atau cara untuk segala sesuatu. Kerana itulah mengapa orang yang sakit menelan sebiji ubat untuk menjadi sihat kembali, dan sebagainya. Apakah saudariku ini telah dengan seluruh keseriusan dan usahanya mencari petunjuk sesungguhnya dengan segala ketulusannya, berdoa, sebagaimana dalam surah Al-Fatihah, ayat 6

"Tunjukilah kami jalanyang lurus"

serta berusaha mencari pengetahuan dan kefahaman melalui muslimah-muslimah lain yang lebih taat dan yang menurutnya telah diberi petunjuk dalam melaksanakan tuntutan menutup aurat dan berjilbab?

Kesimpulannya, apabila saudariku ini benar-benar serius dalam mencari atau pun menunggu petunjuk dari Allah SWT, dia pastilah akan melakukan jalan-jalan menuju pencariannya itu.

ALASAN 9 : Belum waktunya bagi saya. Saya masih terlalu muda untuk memakainya. Saya pasti akan memakainya nanti seiring dengan pertambahan umur dan setelah saya pergi haji.

Malaikat kematian, saudariku, mengunjungi dan menunggu di pintu muka menanti saja Allah SWT menentukan saat akhir hayatmu. Sayangnya, saudariku, kematian tidak mendiskriminasi antara tua dan muda dan ia mungkin saja datang disaat kau masih dalam keadaan penuh dosa dan ketidaksiapan bertemu dengan Allah SWT. Firman Allah;

"Tiap umat mepunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya" (Al-An'aam:34)

Saudariku tersayang, kau harus berlumba-lumba dalam kepatuhan pada Allah SWT;

"Berlumba-lumbalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi.."(Al-Hadid: 21).

Saudariku, jangan melupakan Allah SWT atau Ia akan melupakanmu di dunia ini dan selanjutnya. Kau melupakan jiwamu sendiri dengan tidak memenuhi hak jiwamu untuk mematuhi-Nya. Allah mengatakan tentang orang-orang yang munafik,

"dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri" (Al-Hashr: 19)

Saudariku,memakai jilbab dan menutup aurat di usiamu yang muda, akan memudahkanmu. Kerana Allah SWT akan menanyakanmu akan waktu yang kau habiskan semasa mudamu, dan setiap waktu dalam hidupmu di hari pembalasan nanti.

Kesimpulannya ,berhentilah menetapkan angan-anganmu di masa datang, kerana tidak seorangpun yang dapat menjamin kehidupannya hingga esok hari pun.

ALASAN 10 : Saya takut, bila saya memakai jilbab dan menutup aurat, saya akan di cop dan digolongkan dalam kelompok tertentu! Saya benci pengelompokan!

Saudariku, hanya ada dua kelompok dalam Islam. Dan keduanya disebutkan dalam Kitabullah. Kelompok pertama adalah kelompok /tentara Allah (Hizbullah) yang diberikan pada mereka kemenangan,kerana kepatuhan mereka. Dan kelompok kedua adalah kelompok syaitan yang terkutuk (hizbush-syaitan) yang selalu melanggar Allah SWT.

Apabila kau, saudariku, memegang teguh perintah Allah SWT, dan ternyata disekelilingmu adalah saudara-saudaramu yang tekun menutup aurat, maka kau akan memasuki dalam kelompok Allah SWT. Namun apabila kau menuruti nafsu dan egomu, kau akan mengendarai kenderaan Syaitan,seburuk-buruknya teman.

KESIMPULAN

Saudariku, jiha engkau enggan menutup aurat, engkau sebenarnya sedang mempertontonkan tubuhmu di pasar syaitan dan meracuni hati para lelaki.

Keindahan model rambut, pakaian ketat yang mempertontonkan setiap inci tubuhmu, pakaian-pakaian pendek yang menunjukkan keindahan kakimu, lenganmu dan tubuhmu, dan semuanya itu akan membangkitkan amarah Allah SWT dan menyenangkan syaitan. Setiap waktumu yang kau habiskan dalam keadaan seperti itu, akan terus semakin menjauhkanmu dari Allah SWT dan semakin membawamu lebih dekat pada syaitan.

Setiap waktu keengkaranmu dan keegoanmu akan menjauhkan kamu dari syurga hinggalah kau bertaubat kembali. Setiap hari membawamu semakin dekat kepada kematian.

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain dari kesenangan yang memperdayakan" (Ali `Imran :185).

Renungkan secara mendalam, saudariku,apa yang terjadi hari ini sebelum esok datang. Fikirkan tentang perkara ini, saudariku, sekarang, sebelum semuanya terlambat!!

Jangan Terjebak Mempertontonkan Tubuh Di Pasar Syaitan!


Penulis berhajat untuk memberi respon kepada beberapa pertanyaan yang diterima dari email dan FB penulis berkenaan tuntutan menutup aurat dan berjilbab bagi seorang wanita. Masih ramai lagi kalangan wanita muslim kita yang masih terkeliru dan tidak faham akan tuntutan tersebut, bahkan ada yang menganggap menutup aurat dan berjilbab adalah sebagai satu fesyen semasa dalam kehidupan mereka sebagai seorang hamba kepada Allah SWT.

Penulis yakin sebagai seorang wanita yang beriman, urusan menutup aurat dan berjilbab dengan sempurna sepertimana yang dikehendaki oleh Allah SWT seharusnya telah kita fahami dan laksanakan, hanya mereka-mereka yang tidak yakin akan hari pertemuan di akhirat kelak yang masih enggan atau berat hati untuk melaksanakannya.

“Jangan nilai pada penampilan dan pakaian kami, sedangkan hati kami baik dan ikhlas.”

Itulah jawapan yang biasa diungkapkan oleh mereka yang merasa tidak senang apabila ada yang memandang serong tatkala mereka tidak menutup aurat dan tidak memakai jilbab. Alangkah baiknya sekiranya mereka mengambil nilaian Allah SWT sebagai prinsip dan kayu pengukur jatidiri mereka sebagai muslimah. Firman Allah SWT yang bermaksud:

“Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani.” (Al-Ahzab : ayat 59)

Wahai wanita-wanita di luar sana, inilah ukuran hati dan keikhlasan kita kepada Allah SWT. Fahami, hayati dan ambillah tindakan segera dengan memperbaiki cara pandang kita akan tuntutan menutup aurat. Dan janganlah jadikan akal dan hawa nafsu sebagai dalil keikhlasan dan kebersihan hati kita., lantas menghalalkan diri kita untuk tidak menutup aurat.

Jumhur ‘ulama bersepakat; aurat wanita meliputi seluruh tubuh, kecuali muka dan kedua telapak tangan. Dalilnya adalah firman Allah SWT:

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”(al-Nuur:31).

Apa yang menghalang para wanita Islam dari menutup aurat dan berjilbab? Penulis memetik tulisan Dr. Huwayda Ismaeel yang mengulas dengan baik sekali tajuk “Top Ten Excuses Of Muslim Women Who Don't wear Hijab”.

ALASAN 1 : Saya belum benar-benar yakin akan fungsi/manfaat menutup aurat

Kami kemudian menanyakan dua pertanyaan kepada saudari ini; Pertama,apakah ia benar-benar percaya dan mengakui kebenaran agama Islam?Dengan yakin ia berkata, Ya, sambil kemudian mengucap Laa Ilaa haIllallah! Yang menunjukkan ia taat pada aqidahnya dan Muhammadanrasullullah! Yang menyatakan ia taat pada syariahnya. Dengan begitu yakin ia akan Islam beserta seluruh hukumnya.

Kedua, kami menanyakan;Bukankah menutup aurat termasuk hukum dalam Islam? Apabila saudari ini jujur dan tulus dalam ke-Islamannya, ia akan berkata; Ya, itu adalah sebahagian dari hukum Islam yang terdapat di dalam Al-Quran yang suci dan merupakan sunnah Rasulullah SAW yang suci. Jadi kesimpulannya disini,apabila saudari percaya akan Islam dan meyakininya, mengapa ia tidak melaksanakan hukum dan perintahnya?

ALASAN 2 : Saya yakin akan pentingnya menutup aurat namun Ibu saya melarangnya, dan apabila saya melanggar arahan ibu, saya akan masuk neraka.

Yang telah menjawab hal ini adalah ciptaan Allah Azza wa Jalla termulia, Rasulullah SAW dalam nasihatnya yang sangat bijaksana;

"Tiada kepatuhan kepada suatu ciptaan diatas kepatuhan kepada Allah SWT." (Riwayat Ahmad)

Sesungguhnya, status ibu bapa dalam Islam, berada dalam posisi yang sangat tinggi dan terhormat. Dalam sebuah ayat disebutkan;

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan- Nya dengan esuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang Ibu Bapa . . "(An-Nisa:36).

Kepatuhan terhadap orangtua tidak terbatas kecuali dalam satu aspek, iaitu apabila berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah SWT. Allah berfirman;

" dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…(Luqman : 15)

Berlaku tidak patuh terhadap orang tua dalam menjalani perintah Allah SWT tidaklah menyebabkan kita boleh berbuat sesuka hati kita terhadap mereka.Kita tetap harus hormat dan menyayangi mereka sepenuhnya. Allah berfirman di ayat yang sama;

"dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.”

Kesimpulannya, bagaimana mungkin kamu mematuhi ibumu namun melanggar Allah SWT yang menciptakan kamu dan ibumu.

ALASAN 3 : Keadaan dan persekitaran saya tidak membolehkan saya menutup aurat.

Untuk alasan seperti ini ada dua maksud yang boleh kita fahami: dia tulus dan jujur,atau sebaliknya, ia sekadar memberikan alasan yang mengatasnamakan lingkungan pekerjaan dan keadaannya untuk tidak menutup aurat. Kita akan memulai dengan menjawab bahawa dia adalah wanita yang tulus dan jujur.

"Apakah anda tidak tidak menyedari saudariku tersayang, bahawa wanita muslim tidak diperbolehkan untuk meninggalkan rumah tanpa menutupi auratnya dengan hijab dan adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk mengetahuinya? Apabila engkau, saudariku, menghabiskan banyak waktu dan tenagamu untuk melakukan dan mempelajari pelbagai lautan keilmuan dan cabaran kehidupan di dunia ini, bagaimana mungkin engkau dapat membiarkan sedemikian mudah dirimu tidak mempelajari hal-hal yang akan menyelamatkanmu dari kemarahan Allah dan azab kematianmu kelak?" Bukankah Allah SWT telah berfirman;

"maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui”. (An-Nahl : 43).

Belajarlah untuk mengetahui hikmah menutup auratmu. Apabila engkau harus keluar dari rumahmu, tutupilah auratmu dengan berjilbab, carilah kesenangan Allah SWT daripada kesenangan syaitan. Kerana kejahatan dapat berawal dari pandangan yang memabukkan dari seorang wanita.

Saudariku tersayang, apabila kau benar-benar jujur dan tulus dalam menjalani kehidupan, kau akan menemukan ribuan tangan kebaikan siap membantumu, dan Allah SWT dengan izin-Nya akan mempermudahkan segala permasalahan untukmu. Bukankah Allah SWT telah berfirman;

"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. ."(At-Talaq :2-3).

Kedudukan dan kehormatan adalah sesuatu yang ditentukan oleh Allah SWT. Ianya tidak bergantung pada kemewahan pakaian yang kita kenakan, warna yang menyerlah , dan mengikuti trend fesyen yang sedang dipopularkan. Kehormatan dan kedudukan lebih kepada bersikap patuh pada Allah SWT dan Rasul-Nya SAW, dan bergantung pada hukum Allah SWT yang murni. Dengarkanlah kalimat Allah;

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu.."(Al-Hujurat:13).

Kesimpulannya, lakukanlah sesuatu dengan mencari kesenangan dan keredhaan Allah SWT semata.

ALASAN 4 : Cuaca di di daerah saya amatlah panas dan saya tidak dapat menahannya. Bagaimana mungkin saya dapat mengatasinya apalagi jika saya menutup aurat.

Allah SWT memberikan perumpamaan dengan mengatakan;
"api neraka jahannam itu lebih lebih sangat panas(nya) jikalau mereka mengetahui.. "(At-Taubah : 81)

Bagaimana mungkin kamu dapat membandingkan panas di daerahmu dengan panas di neraka jahannam?

Sesungguhnya saudariku, syaitan telah mencuba memasang jeratnya untuk menarik dirimu menuju ke dalam api neraka yang panasnya tidak dapat dibayangkan oleh akal manusia. Bebaskan dirimu dari jeratan syaitai dan cubalah untuk melihat panasnya matahari sebagai anugerah, bukan kesengsaraan. Apatah lagi mengingatkan bahawa hukuman dari Allah SWT akan jauh lebih berat dari apa yang kau rasakan sekarang di dunia fana ini. Kembalilah pada hukum Allah SWT dan berlindunglah dari hukuman-Nya, sebagaimana tercantum dalam ayat; "mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah"(An-Naba: 24-25). Kesimpulannya, syurga yang Allah SWT janjikan penuh dengan cubaan dan ujian. Sementara jalan menuju neraka penuh dengan kesenangan, nafsu dan kenikmatan.

ALASAN 5 : Saya takut, bila saya memakai jilbab dan memnutup aurat sekarang, di lain hari saya akan melepasnya kembali, kerana saya melihat ramai sekali wanita yang berbuat sedemikian.

Kepada saudari itu saya berkata, "apabila semua orang mengaplikasikan logika anda tersebut, mereka akan meninggalkan seluruh kewajibannya pada akhirnya nanti! Mereka akan meninggalkan solat lima waktu kerana mereka takut tidak dapat melaksanakan satu saja waktu solat itu. Mereka akan meninggalkan puasa di bulan ramadhan, kerana mereka tekut tidak dapat menunaikan satu hari puasa di bulan ramadhan, dan seterusnya.

Tidakkah kamu melihat bagaimana syaitan telah memerangkapmu lagi dan menghalang petunjuk bagimu? Allah SWT menyukai ketaatan yang tetap istiqamah walaupun hanya suatu ketaatan yang sangat kecil yang dilakukan. Lalu bagaimana dengan sesuatu yang benar-benar diwajibkan sebagaimana kewajiban menutup aurat? Rasulullah SAW bersabda;

"Perbuatan yang paling dicintai Allah adalahperbuatan mulia yang terus menerus, yang mungkin orang lain anggap kecil."

Mengapa kamu saudariku, tidak melihat alasan mereka yang dibuat-buat untuk menanggalkan kembali jilbab dan aurat mereka dan berusahalah menjauhi mereka? Mengapa tidak kau buka tabir kebenaran dan berpegang teguh pada_Nya? Allah SWT sesungguhnya telah berfirman;

"Maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu,dan bagi mereka yang datang di masa kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa". ( Al Baqarah:66)

Kesimpulannya,apabila kau memegang teguh kepada petunjuk (Al Quran & Hadith) dan merasakan manisnya keimanan,engkau tidak akan meninggalkan sekali pun perintah Allah SWT setelah engkau melaksanakannya.

ALASAN 6 : Apabila saya menutup aurat dan memakai jilbab, maka jodoh saya akan sulit, jadi saya akan memakainya setelah menikah nanti.

Saudariku, suami mana pun yang lebih menyukai engkau tidak memakai jilbab, menutup aurat dan membiarkan auratmu di pertontonkan kehadapan umum, bererti dia tidak mengindahkan hukum dan perintah Allah SWT dan bukanlah suami yang berharga dan dapat menyelamatkan imanmu dan akhiratmu. Dia adalah suami yang tidak memiliki perasaan untuk melindungi dan menjaga perintah Allah SWT, dan jangan pernah berharap suami jenis seperti ini akan menolongmu dari menjauhi api neraka, apalagi memimpinmu memasuki syurga Allah SWT. Sebuah rumah yang dipenuhi dengan ketidak-taatan kepada Allah SWT, akan selalu menghadapi kepedihan dan kehinaan di dunia lagi dan bahkan di akhirat pasti. Allah SWT berfirman;

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta" (Taha:124)

Perkahwinan adalah sebuah anugerah dan keberkahan dari Allah SWT kepada siapa saja yang IA kehendaki. Tahukah anda berapa ramai wanita yang ternyata selepas menikah masih tidak memakai jilbab dan menutup aurat?

Apabila kau, saudariku tersayang, mengatakan bahawa dengan tidak menutup aurat pada zaman kini adalah suatu jalan menuju sesuatu yang murni, asli, iaitu pernikahan, itu tidak benar. Saudariku,suatu tujuan yang murni, tidak akan tercapai melalui jalan yang tidak murni dan kotor dalam Islam. Apabila tujuannya bersih dan murni, serta terhormat, maka jalan menuju ke sana pastilah harus dicapai dengan bersih dan murni pula. Dalam syariat Islam kita menyebutnya:

“Alat atau jalan untuk mencapai sesuatu, tergantung dari peraturan yang ada untuk mencapai tujuan tersebut.”

Kesimpulannya, tidak ada keberkahan dari suatu perkahwinan yang didasari oleh dosa dan kejahilan dalam memahami tuntutan agamanya..

ALASAN 7 : Saya tidak memakai jilbab dan menutup aurat berdasarkan perkataan Allah SWT :

"dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)" (Ad-Dhuhaa: 11).

Bagaimana mungkin saya menutupi anugerah Allah berupa kulit mulus dan rambutku yang indah?

Jadi saudari kita ini merujuk pada Kitab Allah dan memahaminya dengan kefahaman sendiri ! Ia meninggalkan tafsir sesungguhnya dibelakang ayat itu apabila perkara itu tidak menyenangkannya. Apabila yang saya katakan ini salah, mengapa saudari kita ini tidak mengikuti ayat :

"janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang nampak daripadanya" (An-Nur : 31)

Dan firman Allah SWT:

“Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Mengasihani.” (Al-Ahzab : ayat 59)

Dengan pernyataan darimu itu,saudariku, engkau telah membuat syariah sendiri bagi dirimu, yang sesungguhnya telah dilarang oleh Allah SWT. Anugerah terbesar Allah SWT kepada kita adalah iman dan hidayah, yang di antaranya jalan kita mensyukurinya adalah dengan menutup aurat dan berjilbab. Mengapa kamu tidak mempelajari dan menelaah anugerah terbesar bagimu ini? Kesimpulannya, apakah ada anugerah dan pertolongan terhadap wanita yang lebih besar daripada petunjuk Allah dan mewajibkan kamu berjilbab dan menutup aurat?

ALASAN 8 : Saya tahu bahawa menutup aurat adalah kewajiban, tetapi saya akan melaksanakannya apabila saya sudah merasa terpanggil dan diberi petunjuk oleh-Nya.

Saya bertanya kepada saudariku ini, rancangan atau langkah apa yang ia lakukan selama menunggu hidayah, petunjuk dari Allah SWT seperti yang dia katakan? Kita mengetahui bahawa Allah SWT dalam kalimat-kalimat bijak-Nya menciptakan sebab atau cara untuk segala sesuatu. Kerana itulah mengapa orang yang sakit menelan sebiji ubat untuk menjadi sihat kembali, dan sebagainya. Apakah saudariku ini telah dengan seluruh keseriusan dan usahanya mencari petunjuk sesungguhnya dengan segala ketulusannya, berdoa, sebagaimana dalam surah Al-Fatihah, ayat 6

"Tunjukilah kami jalanyang lurus"

serta berusaha mencari pengetahuan dan kefahaman melalui muslimah-muslimah lain yang lebih taat dan yang menurutnya telah diberi petunjuk dalam melaksanakan tuntutan menutup aurat dan berjilbab?

Kesimpulannya, apabila saudariku ini benar-benar serius dalam mencari atau pun menunggu petunjuk dari Allah SWT, dia pastilah akan melakukan jalan-jalan menuju pencariannya itu.

ALASAN 9 : Belum waktunya bagi saya. Saya masih terlalu muda untuk memakainya. Saya pasti akan memakainya nanti seiring dengan pertambahan umur dan setelah saya pergi haji.

Malaikat kematian, saudariku, mengunjungi dan menunggu di pintu muka menanti saja Allah SWT menentukan saat akhir hayatmu. Sayangnya, saudariku, kematian tidak mendiskriminasi antara tua dan muda dan ia mungkin saja datang disaat kau masih dalam keadaan penuh dosa dan ketidaksiapan bertemu dengan Allah SWT. Firman Allah;

"Tiap umat mepunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya" (Al-An'aam:34)

Saudariku tersayang, kau harus berlumba-lumba dalam kepatuhan pada Allah SWT;

"Berlumba-lumbalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi.."(Al-Hadid: 21).

Saudariku, jangan melupakan Allah SWT atau Ia akan melupakanmu di dunia ini dan selanjutnya. Kau melupakan jiwamu sendiri dengan tidak memenuhi hak jiwamu untuk mematuhi-Nya. Allah mengatakan tentang orang-orang yang munafik,

"dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri" (Al-Hashr: 19)

Saudariku,memakai jilbab dan menutup aurat di usiamu yang muda, akan memudahkanmu. Kerana Allah SWT akan menanyakanmu akan waktu yang kau habiskan semasa mudamu, dan setiap waktu dalam hidupmu di hari pembalasan nanti.

Kesimpulannya ,berhentilah menetapkan angan-anganmu di masa datang, kerana tidak seorangpun yang dapat menjamin kehidupannya hingga esok hari pun.

ALASAN 10 : Saya takut, bila saya memakai jilbab dan menutup aurat, saya akan di cop dan digolongkan dalam kelompok tertentu! Saya benci pengelompokan!

Saudariku, hanya ada dua kelompok dalam Islam. Dan keduanya disebutkan dalam Kitabullah. Kelompok pertama adalah kelompok /tentara Allah (Hizbullah) yang diberikan pada mereka kemenangan,kerana kepatuhan mereka. Dan kelompok kedua adalah kelompok syaitan yang terkutuk (hizbush-syaitan) yang selalu melanggar Allah SWT.

Apabila kau, saudariku, memegang teguh perintah Allah SWT, dan ternyata disekelilingmu adalah saudara-saudaramu yang tekun menutup aurat, maka kau akan memasuki dalam kelompok Allah SWT. Namun apabila kau menuruti nafsu dan egomu, kau akan mengendarai kenderaan Syaitan,seburuk-buruknya teman.

KESIMPULAN

Saudariku, jiha engkau enggan menutup aurat, engkau sebenarnya sedang mempertontonkan tubuhmu di pasar syaitan dan meracuni hati para lelaki.

Keindahan model rambut, pakaian ketat yang mempertontonkan setiap inci tubuhmu, pakaian-pakaian pendek yang menunjukkan keindahan kakimu, lenganmu dan tubuhmu, dan semuanya itu akan membangkitkan amarah Allah SWT dan menyenangkan syaitan. Setiap waktumu yang kau habiskan dalam keadaan seperti itu, akan terus semakin menjauhkanmu dari Allah SWT dan semakin membawamu lebih dekat pada syaitan.

Setiap waktu keengkaranmu dan keegoanmu akan menjauhkan kamu dari syurga hinggalah kau bertaubat kembali. Setiap hari membawamu semakin dekat kepada kematian.

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain dari kesenangan yang memperdayakan" (Ali `Imran :185).

Renungkan secara mendalam, saudariku,apa yang terjadi hari ini sebelum esok datang. Fikirkan tentang perkara ini, saudariku, sekarang, sebelum semuanya terlambat!!

Jom Sertai TeenACE Jun 2013

Pautan Tarbawi ♥

Langitilahi.Com

halaqahmuntijah

HALUANPalestin

Menyumbang Untuk Palestin

Kolej Tarbiyah Dakwah