Hari ini manusia terus dibelenggu dengan kemelut graviti bumi. Graviti bumi yang saya maksudkan ialah kecintaan kepada dunia sehingga jiwa semakin jauh kecintaannya kepada akhirat.
Rasulullah SAW ada bersabda;
"Tidaklah dunia bagi akhirat kecuali seperti salah satu dari kalian berjalan menuju samudera lalu ia memasukkan jarinya padanya, maka apa yang menitis darinya adalah untuk dunia.” (Riwayat Al Hakim dan beliau mensahihkannya)
Manusia sendiri mengalami tiga fasa kehidupan, kehidupan dunia dan kehidupan akhirat serta kehidupan di antara keduanya. Maka jika dibandingkan lama kehidupan dunia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan dua kehidupan setelahnya yang bersifat kekal.
Imam Al Munawi menjelaskan bahawa permisalan di atas adalah permisalan antara yang ghaib (akhirat) dengan yang hadir yakni lautan dan air yang menitis dari jari bertujuan untuk memudahkan pemahaman dalam menggambarkan keremehan dunia meskipum pada hakikatnya keremehan dunia terhadap akhirat jauh lebih rendah. (Lihat, Faidh Al Qadir, 5/517)
Ketika manusia akhirnya memahami dengan benar nilai dunia dibanding akhirat maka hal itu akan dapat mengingatkan dari keterlenaannya dari dunia dan sekaligus memotivasinya untuk meningkatkan amalan sebagai bekal kelak di akhirat.
0 comments:
Post a Comment