Tazkirah 8: Muhasabah Ramadhan Ke Arah Mencapai Taqwa
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (SURAH Al-Baqarah: 183).
Itqa dan taqwa maknanya adalah menjauhi. Dan taqwallah ertinya menjauhi kemarahan dan murka Allah SWT, serta meninggalkan apa yang memyebabkan kemarahan Allah SWT. Dengan demikian, taqwa harus diwujudkan dengan melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.
Taqwa dasarnya adalah takut kepada Allah SWT. Perkara ini (taqwa) merupakan hasil daripada amalan hati yang bersih. Hal ini dijelaskan Allah SWT. dalam firman-Nya, “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi`ar-syi`ar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketaqwaan hati” (SURAH Al-Hajj: 32). Rasulullah SAW. juga menegaskan, “Taqwa itu ada di sini”. Beliau mengulanginya sampai tiga kali sambil menunjuk ke dada beliau (HADITH RIWAYAT Muslim dari Abu Hurairah). Ini bererti taqwa berada di dalam hati.
Para salafus soleh mendefinisikan taqwa dengan sebuah ungkapan, “Mentaati Allah dan tidak melakukan kemaksiatan kepadaNya, selalu berdzikir dan tidak melupakanNya, sentiasa bersyukur dan tidak kufur kepadaNya.”
Nilai-nilai ketaqwaan tidak dapat tertanam dan buahnya tidak dapat dipetik, kecuali jika Seorang Muslim memiliki pengetahuan tentang agama Allah yang menuntut dirinya mencapai darjat muttaqin. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT. dalam firman-Nya,
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (SURAH Fathir: 28).
Mengapa demikian? Kerana orang yang tidak berilmu tidak tahu apa saja yang wajib dikerjakan dan apa saja yang harus ditinggalkannya. Itulah sebabnya mengapa menuntut ilmu merupakan ibadah yang utama, jalan yang menghubungkan ke surga dan menjadi tanda bahawa seseorang mempunyai keinginan baik.
Taqwa adalah wasiat dari Allah SWT. Dalam firman-Nya,
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (SURAH Ali Imran: 102).
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW. bersabda,
“Bertaqwalah kalian kepada Allah di mana pun kamu berada. Dan ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapuskan keburukan. Dan perlakukanlah manusia itu dengan akhlak terpuji” (HADITH RIWAYAT Tirmidzi).
Taqwa menjadi wasiat abadi kerana mengandungi kebaikan dan manfaat yang sangat besar bagi mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Taqwa merupakan himpunan dari semua kebaikan dan pencegah segala kejahatan. Dengan taqwa, seseorang mukmin akan mendapatkan sokongan dan pertolongan dari Allah SWT.
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan” (SURAH An-Nahl: 128).
Perintah untuk mencapai derajat taqwa kemudian dilanjutkan dengan penjelasan lebih luas tentang cara-cara untuk mencapainya dalam sebuah firman Allah SWT., yang bermaksud; “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa” (SURAH Al-Baqarah: 21).
Ibadah yang dimaksud dalam ayat ini mencakupi perbahasan yang luas, mencakup ibadah wajib dan ibadah sunnah. Ibadah wajib terdiri dari solat, puasa, zakat, dan haji, ditambah dengan kewajiban-kewajiban masyarakat yang diperintahkan oleh Al-Qur`an, seperti berbuat baik kepada orang tua, kaum kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, tetangga, teman, dan kepada orang bermusafir. Sedangkan yang termasuk ibadah sunnah misalnya berdzikir kepada Allah SWT., berdoa kepada-Nya, memohon ampun kepada-Nya, dan membaca Al-Qur`an. Ibadah-ibadah tersebut semuanya dipersiapkan untuk membentuk setiap Muslim menjadi insan bertaqwa.
Antara kewajiban-kewajiban ibadah yang diperintahkan tersebut, secara lebih khusus, Allah SWT. menekankan pada perintah puasa sebagai saranan pembentukan insan bertaqwa, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (SURAH Al-Baqarah: 183).
Dan terdapat hadith yang bermaksud; “Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memberinya pengetahuan (pemahaman) tentang agama” (Muttafaqun ‘alaih). Berdasarkan hadits di atas, taqwa merupakan gabungan antara ilmu dan ketaatan. Ilmu akan meningkatkan ketaatan kepada Allah, dan ketaatan akan menambah motivasi untuk meningkatkan ilmu.
Mengapa puasa Ramadhan diarahkan oleh Allah sebagai jalan untuk mencapai darjat taqwa? Ini adalah kerana di dalam bulan Ramadhan terkumpul hampir semua bentuk peribadatan seperti puasa, ada solat Tarawih, solat Witir, tilawah al-Qur`an, berbincang tentang Islam, zakat, infaq, sadaqah, dan i’tikaf. Selain itu, balasan pahala di bulan Ramadhan juga dilipat gandakan untuk merangsang umat Islam meningkatkan amal solehnya. Oleh kerana itu, mari kita menyambut kedatangan bulan Ramadhan dengan penuh kerinduan dan suka cita. Siapkanlah diri kita untuk meraih rahmat, maghfirah, dan pembebasan dari siksa neraka.
0 comments:
Post a Comment