Menyedari banyaknya tugas amanah dakwah yang perlu dipikul, perajurit dakwah harus membangunkan keghairahannya dalam melaksanakan kewajipan dakwah. Keghairahan untuk terus melakukan kerja-kerja dakwah dan tarbiah serta berjuang demi tertegaknya dakwah ilallah, sehingga semangatnya berkobar-kobar. Tidak pernah lemah sedikitpun dalam menghadapi rintangan. Tidak pernah layu dengan bergilirnya zaman. Tidak pernah gentar kerana tentangan dan kepayahan. Ia bagaikan batu karang di tengah lautan yang kukuh menghadapi terjangan ombak.
Abul ‘Ala Al Maududi mengingatkan perajurit-perajuritnya;
”Bila kalian menyambut tugas dakwah ini tidak sebagaimana sikap kalian terhadap tugas yang menyangkut urusan peribadi kalian maka dakwah ini akan mengalami kekalahan yang nyata. Oleh kerana itu sambutlah tugas ini dengan ghairah.”
Amatlah tepat taujih Abul ‘Ala Al Maududi ini bila melihat sederetan tugas dan harapan umat. Bila sahaja perajurit dakwah memahami dengan betul maka mereka akan berupaya untuk menjaga keghairahannya agar tidak pernah redup sedikitpun. Ini kerana kelesuan dan kelemahan jiwa dalam menunaikan tugas berat ini akan menyebabkan dakwah dan harakah / organisasi kehilangan momentum.
Sebaliknya jiwa yang memiliki ghairah dalam menyambut tugas-tugas dakwah akan mudah untuk menyelesaikannya. Ia bahkan dapat menemukan celah-celah sempit untuk menjadi peluang besar yang akan menjadi menyebab kemenangan dakwah ini. Ia tidak pernah mundur tatkala bahaya menghadang. Ia tidak lelah ketika peluh bercucuran. Yang ada dalam benaknya adalah kami siap mengembangkan dakwah ini untuk sebuah kemenangan.
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (darjatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membezakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebahagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”.. (Ali Imran: 139 – 140).
Ghairah adalah suatu desakan emosi dan reaksi hati apabila melihat kehormatan Deen, harta, diri dan umat dinodai. Jiwa mukmin yang hidup semestinya mempunyai ghairah dalam amal Islami. Apabila kehilangan ghirah, itulah jiwa yang mandul,sakit atau mati. Ghairah orang mukmin adalah ghirah berasaskan iman dan demi meraih keredhaan Allah Subhanahuwata' ala.
Justeru itu sepantasnya bagi perajurit dakwah untuk selalu berusaha meningkatkan keghairahannya melalui amalan-amalan yang disunnahkan Rasulullah SAW. sehingga ghairahnya tidak kendur. Apakah dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah, mengkaji sejarah kepahlawanan Islam, membayangkan pahala dan balasan yang dijanjikan Allah SWT., bercermin dari kehidupan perajurit-perajurit dari kawasan-kawasan terpencil yang sangat bersemangat untuk menyebarluaskan dakwah ini ataupun dengan jalan-jalan lainnya. Amalan tersebut menjadi bahan bakar untuk semangatnya agar selalu bergelora.
Syeikh Muhammad Ahmad Rasyid mengingatkan;
“Gelorakan semangatmu wahai ikhwah dan jangan kendur sedikitpun, marilah maju bersama kafilah dakwah ini. Siapa yang tidak lagi bersemangat maka janganlah ikut barisan kami”.
Kemanakah hilangnya ghirah di jiwa umat kini? Sedangkan Deennya diperkotak-katikkan , kehormatannya dinodai dan cara hidupnya dijajah.
Abul ‘Ala Al Maududi mengingatkan perajurit-perajuritnya;
”Bila kalian menyambut tugas dakwah ini tidak sebagaimana sikap kalian terhadap tugas yang menyangkut urusan peribadi kalian maka dakwah ini akan mengalami kekalahan yang nyata. Oleh kerana itu sambutlah tugas ini dengan ghairah.”
Amatlah tepat taujih Abul ‘Ala Al Maududi ini bila melihat sederetan tugas dan harapan umat. Bila sahaja perajurit dakwah memahami dengan betul maka mereka akan berupaya untuk menjaga keghairahannya agar tidak pernah redup sedikitpun. Ini kerana kelesuan dan kelemahan jiwa dalam menunaikan tugas berat ini akan menyebabkan dakwah dan harakah / organisasi kehilangan momentum.
Sebaliknya jiwa yang memiliki ghairah dalam menyambut tugas-tugas dakwah akan mudah untuk menyelesaikannya. Ia bahkan dapat menemukan celah-celah sempit untuk menjadi peluang besar yang akan menjadi menyebab kemenangan dakwah ini. Ia tidak pernah mundur tatkala bahaya menghadang. Ia tidak lelah ketika peluh bercucuran. Yang ada dalam benaknya adalah kami siap mengembangkan dakwah ini untuk sebuah kemenangan.
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (darjatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membezakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebahagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”.. (Ali Imran: 139 – 140).
Ghairah adalah suatu desakan emosi dan reaksi hati apabila melihat kehormatan Deen, harta, diri dan umat dinodai. Jiwa mukmin yang hidup semestinya mempunyai ghairah dalam amal Islami. Apabila kehilangan ghirah, itulah jiwa yang mandul,sakit atau mati. Ghairah orang mukmin adalah ghirah berasaskan iman dan demi meraih keredhaan Allah Subhanahuwata' ala.
Justeru itu sepantasnya bagi perajurit dakwah untuk selalu berusaha meningkatkan keghairahannya melalui amalan-amalan yang disunnahkan Rasulullah SAW. sehingga ghairahnya tidak kendur. Apakah dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah, mengkaji sejarah kepahlawanan Islam, membayangkan pahala dan balasan yang dijanjikan Allah SWT., bercermin dari kehidupan perajurit-perajurit dari kawasan-kawasan terpencil yang sangat bersemangat untuk menyebarluaskan dakwah ini ataupun dengan jalan-jalan lainnya. Amalan tersebut menjadi bahan bakar untuk semangatnya agar selalu bergelora.
Syeikh Muhammad Ahmad Rasyid mengingatkan;
“Gelorakan semangatmu wahai ikhwah dan jangan kendur sedikitpun, marilah maju bersama kafilah dakwah ini. Siapa yang tidak lagi bersemangat maka janganlah ikut barisan kami”.
Kemanakah hilangnya ghirah di jiwa umat kini? Sedangkan Deennya diperkotak-katikkan , kehormatannya dinodai dan cara hidupnya dijajah.
0 comments:
Post a Comment