Bila Sakit Menyapa...
Sejak kebelakangan ini penulis sering jatuh sakit, sebelum Ramadhan, ketika Ramadhan, dan saat Syawal yang masih berbaki beberapa hari lagi. Sebaik pulang dari Kuala Lumpur setelah menghadiri perhimpunan Khas HALUAN Nasional pada 18 Sept lalu, sekali lagi penulis jatuh sakit. Rasanya, sakit kali ini adalah yang paling keras dan paling berbisa sekali, hanya Allah swt. sahaja Maha Mengetahuinya. Penulis akur seakur-akurnya, firman Allah swt:
”Tiada sesuatupun bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi menyombongkan diri.” (Al-Hadid:22-23)
Sakit itu tanda Allah sayang pada kita. Semakin berat penderitaan, semakin pahala dilipatgandakan.
Sahabat Abdullah bin Mas’ud ra. berkata: Saya menjenguk Rasulullah saw. sedangkan beliau sedang menahan sakit kerana demam, saya berkata: ”Wahai Rasulullah, sungguh engkau kelihatan sedang menahan rasa sakit yang berat?” Rasulullah saw. berkata: ”Benar, sesungguhnya saya sedang menahan sakit sebagaimana dua orang di antara kalian.” Abdullah berkata: Saya berkata:
”Hal itu kerana engkau mendapatkan dua pahala.” Rasulullah saw. menjawab: ”Benar”, kemudian baginda melanjutkan: ”Tidaklah orang Muslim ditimpa cubaan berupa penyakit atau lainnya, melainkan Allah menggugurkan keburukannya, sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Terubat hati dan jasad saat membaca hadith ini.
Semua orang pernah sakit. Rasulullah S.A.W sendiri pernah mengalami sakit. Namun begitu Nabi tetap sabar dan tabah.
Dalam waktu lain, Rasulullah menjenguk Salman al-Farisi yang sedang berbaring sakit. Rasulullah bersabda. “Sesungguhnya ada tiga pahala yang menjadi kepunyaanmu dikala sakit. Engkau sedang mendapat peringatan dari Allah swt., doamu dikabulkan-Nya, dan penyakit yang menimpamu akan menghapuskan dosa-dosamu.”
Rasulullah juga melarang kita mencela penyakit. Ketika Ummu Saib sakit dan mencela penyakit yang menimpanya, Nabi bersabda.
“Janganlah kamu mencela demam. Kerana sesungguhnya demam itu menghakis kesalahan anak cucu Adam sebagaimana bara api mengikis keburukan besi.” (HR. Muslim)
Sakit ini juga angkara sikap penulis sendiri yang tidak menjaga hak tubuh badan. Semoga Allah mengampuni diri ini yang serba lemah.
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kamu sendiri, dan Allah memaafkan sebahagian besar dari dosa-dosamu.” ( As Syura: 30)
(Iaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku, Maka Dialah yang menunjuki aku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku. Dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali). Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat” (Asy Syu’araa’: 78 – 82)
Sakit mengingatkan penulis kepada hakikat kematian. Ingat mati insyaAllah akan menyuburkan keimanan. Syeikh Said Hawwa Rahimahullah di dalam bukunya "al-Mustakhlas fi tazkiyyatin nafs" ada menyebut bahawa mengingati mati sebagai salah satu cara berkesan untuk menyucikan jiwa manusia dari kotoran mazmumah.
Semoga sakit ini adalah sebahagian dari proses tarbiah buat diri ini, wahai sakit, tarbiyahlah hati ini agar dia lebih kuat mengingati penyembuh sakit ini dan pemilik hati ini.. Allah rabbul ‘Izzati…
alhamdulil laah..hati saya amat tersentuh dengan bahan diatas..bersyukur lah bagi mereka yg sedar..
ReplyDelete